Sabtu, 04 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 3


Siapa menyangka, jika menanam bunga akan sama seperti jatuh cinta. Menanam benih-benihnya, lalu menunggu dengan tulus, walau kita tau prosesnya akan lama tapi kita selalu merawatnya dengan baik tapi nanti pasti akan dibalas dengan keidahan bukan?  Lalu, sama halnya dengan ulat. Menjijikan memang awalnya, tapi bagaimanapun ia pasti akan berubah menjadi kupu-kupu. dan siapa yang bisa mengelak akan keindahaanya? 


Pelajaran pertama hari ini telah usai, seperti biasanya pasti teman-teman laki-laki Shilla akan keluar kelas apalagi di pelajaran kedua sedang tidak ada guru yang mengajar. Alasannya ada acara mendadak. Sungguh alasan yang tidak logis, batin Shilla. Shilla adalah anak salah satu pemegang saham terbesar di sekolah swasta ini. Tapi Shilla tak pernah sombong. Bahkan ia akan marah kalau teman-temannya ada yang mengungkit soal kepemilikan saham ayahnya itu.


“Shillaaaaaa…” Panggil Agni salah satu sahabat baru Shilla yang sedang berada di depan papan tulis

“What’s up?” Tanya Shilla sambil bangun dari tempat duduknya dengan malas.

“Sini doong. Biasanya juga paling heboh lo”  Sivia menambahkan

“Iyaaa, jangan galau mulu dong. Emang lo kenapa sih?” Tanya Zahra yang baru bergabung dengan Sivia Ify dan Agni

“Yeee galau dari mana?” kata Shilla yang juga baru duduk bersama mereka.

“Dari sininiih. Haha eh mending kita main aja yuk. Main apakee gitu” Usul Ify

“boleh. Boleh” Jawab Sivia.

“Main kejar-kejaran aja” sekarang giliran Agni yang memberikan usulnya

“Yaudah yuukkk” jawab Shilla dan Zahra serempak dan yang lain hanya mangguk-mangguk.

Gapapadeh buat ngilangin stress mikirin cowo haha, batin Shilla yang ternyata menjadi batin Zahra juga saat itu.


Terkadang Shilla Ify Zahra Sivia dan Agni memang masih terlihat seperti anak kecil tapi, sebenarnya sikap mereka juga sudah cukup terlihat dewasa ko. Mungkin karena memang baru beberapa bulan menjadi siswi SMP, dan mungkin mereka juga merindukan masa-masa kecil mereka yang suka bermain lari-larian apalagi Shilla.

~

“Ayoo kaa tangkep Chilla, haha” Gadis kecil it uterus berlari-lari mengelilingi taman yang ada dikomplek perumahannya

“Ehh kamuu awas yaa nanti kalau ketangkep. Gaakan kaka lepasin” teriak seorang bocah laki-laki dari sisi lain taman yang cukup luas itu.

“Ihh bodoo Chilla gatakut weekk” kata Gadis tadi sambil terus berlari sambil memalingkan wajah kebelakang dan memeletkan lidah kecilnya.

“Chilla… awasss jatoh itu ada ba….” teriak bocah laki-laki tadi sambil terus berlari.

Brukk

Dan benar saja, gara-gara keteledoran gadis kecil tadi ia akhirnya terjatuh akibat tersandung batu yang cukup besar. Lalu gadis itu duduk dengan posisi dengkul yang di lipat ke dada dan menenggelamkan wajahnya kedalam sana. Gadis itu menangis tersedu-sedu. Sepertinya kaki kecil gadis itu terluka.


Bocah laki-laki tadi langsung menghampiri gadis kecil ini. Dan mengusap punggungnya lembut.

“Chilla jangan nangis yaa. Kata mamanya aku, kalau kita nangis nanti pas sudah besar wajah kita jadi jelek. Chilla gamaukan jadi jelek. aku aja jarang nangis, karna aku gamau jadi jelek. akukan ganteng. Hehe udah yaa Chilla jangan nangis Chillakan cantik” Kata bocah laki-laki tadi sambil terus menenangkan gadis yang terjatuh tadi.

“HEHE emang Chilla cantik ya ka?” Tanya gadis yang terlihat masih sangat polos itu dengan malu-malu.

“nah gitu dong. Kalo Chilla senyum kan bisa terlihat lebih baik. Iya dong kamu cantik. Cantik banget lagi hehe” 

“HEHE tapi kaka arel ngga boongin Chilla kan? Chilla janji deh gabakal nangis lagi”

“ya engga dong Chill. aku gaakan boongin kamu. aku akan selalu ada buat kamu. aku juga janji sama Chilla” jelas bocah laki-laki tadi sambil menunjukan jari tengah dan jari telunjuknya yang kemudian terbentuk huruf V sambil tersenyum yang lalu dibalas dengan senyuman dari gadis kecil dihadapannya.

~


Tiba-tiba

Shilla berhenti mendadak tepat samping pintu yang terbuka. Ternyata ada sosok lain yang sedang berjalan tergesa-gesa ingin masuk kelas yang hampir menabraknya. Jarak Shilla dengan seseorang yang ternyata Cakka itu hanya sebatas beberapa senti meter. Dekat sekali.  

Shilla merasa ada sesuatu yang tidak beres dengannya tetapi ia malah terdiam agak lama. Sebenarnya tadi ia ingin sekali berteriak sekeras mungkin dan mengeluarkan segala sumpah serapahnya kepada orang hampi saja menabraknya ini, namun tiba-tiba ia merasa seperti bisu. Lidahnya kelu, tidak dapat mengucapkan satu kata apapun. Tubuhnya menegang dan terasa panas, tentu saja jantungnya terasa sudah sangat melebihi batas normal berdetak. Sangat cepat, mungkin bahkan terlalu cepat. Begitu juga dipadukan dengan aliran darahnya yang seakan akan tidak beres, seakan berantakan. Shilla merasa lemas tubuhnya kaku. Seperti ingin mati.


Begitu juga dengan Cakka. Tubuhnya juga terasa kaku, namun terlihat tetap tenang walau expresinya terlihat agak tegang. Dua lingkaran beningnya bertumbukan langsung dengan punya Shilla. Cakka merasakan sesuatu, seuatu yang mendorong matanya untuk terus menggali lebih dalam lingkaran bening milik Shilla yang secara tidak langsung menandakan akan sesuatu. Sesuatu yang ada di hati gadis didepannya ini, cinta.

“CIEE SHILLA CAKKA HAHAHA SHILLA ANGET TUH” kata Ray yang sedang duduk diatas meja tepat di sebelah pintu tempat Cakka dan Shilla hampir bertabrakan.

“Heh, apaasih Ray! Galucuuu ihh” Shilla yang tersadar langsung menghampiri Ray dan mencubitnya gemas.

“aduhh sakit Shill. Ih galak banget sih aw aw” kata Ray sambil memajukan bibirnya sok imut dan terus menepis tangan Shilla yang sedang mencubit tangan Ray dengan sangat amat gemas.

“Bodooo…… awas lo bilang bilang” Ancam Shilla sambil menunjukan jarinya yang sudah siap untuk mencubit Ray lagi.

“Iya ihhh galaak loo” ejek Ray


Shilla membalikkan badannya dan berniat untuk mengomeli Cakka yang hampir saja membuat dia mati itu. Tapi saat tubuhnya sudah berbalik sempurna ternyata Cakka sudah tidak ada di tempatnya. Tadi saat Shilla bertengkar dengan Ray dengan santainya ia masuk kelas. Seperti tidak habis merasakan sesuatu. Shilla yang masih merasakan dadanya berdegup  -terlalu- kencang dengan langkah gontai menju bangkunya. Berharap mendapatkan ketenangan setelah ia duduk nanti.

“Woiiiiiiiiiiiiii…………” kata-kata Sivia yang sudah duduk diatas meja Shilla tiba-tiba membuat Shilla terkesiap.

“ha? Apaan deh vi?” Tanya Shilla sambil membenahkan ekspresinya seakan tidak terjadi apa-apa tadi, seakan semuanya biasa saja.

“Lo kenapa sih?”

“ha? Kenapa apanya? Gue gapapa”

“Shill…..Shill…. mulut lo mungkin emang bisa nutupin sesuatu. Tapi wajah sama mata lo ngga. Dari tadi senyum-senyum gitu dibilang gapapa. Mata lo juga tuh. Seneng banget kayanya”

‘segitu gampangnya kah Sivia bisa mengetahui perasaan gue? Sivia ini anaknya detektif kali yaa.. atau memang mata dan wajah gue yang mudah terbaca. Aneh. Sungguh aneh’ batin Shilla sambil menggeleng geengkan kepalanya. Entah dia lupa atau bagaiman kalau dihadapannya masih ada Sivia.

“Noh kan! Udah gila kali ni anak. WOY ASHILLA ZAHRANTIARA!”

“Iyaaa… Apaan deh Siv. Ih teriak-teriak aja”

“Gila lo. Ckck” kata Sivia menggelengkan kepalanya 2 kali. “terserah lo deh mau ceita apa engga. Gua yakin sih yaa lo bakalan bener-bener gila. G-I-L-A!” kata Sivia sarkatis menekankan kata gila. Sebenernya ia tidak ingin membentak Shilla, tapi ia benar-benar khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabat satunya ini. Kadang cemberut sendiri, kadang tersenyum sendiri. Bakan tadi, di depan Siviapun fikirannya masih melayang kemana-mana. Benar-benar Shilla ini, batin Sivia.

“Viamaaahh jahaat…. Nyumpahin gue gila. Kalo gue gila beneran gimanaa?” rengek Shilla dengan manja sambil memajukan bibir bawahnya kedepan.

“abisnya lo sih!”

 “gue kenapasih? Emang ada yang salah ya?”

“SHILLAAAAAAAA ihh. Sumpah yaaaa lo tuh bener-bener”

“Ah viaa maah”

“Shill, gue tau. Gue tau nih lo kenapa”

“emang kenapa?”

“loooo lagi jatuh cinta kan? Mm.. sama Cakka? Ngaku lo!” kata Sivia. Tepat. Sangat tepat!

“ssstttt.. Via ih pelan-pelaaan. Iya iya gue ngaku deeh. Tapi jangan bilang-bilang ke Ify, Zahra, sama Agni dulu yaaa please!” kata Shilla memohon pada Sivia.

“kenapa? Mereka harus tau Shil…..”

“jangan sekarang” jawab Shilla sambil menundukan wajah.

“Apanya hayoo yang jangan sekarang? Haha” terdengar suara lain dari balik badan Shilla. Ify. Yap. Pemilik bangku disebelah Shilla sekaligus sahabat lamanya.

“tuh temen sebangku lo fy. “ kata Sivia sambil menujuk Shilla

“Chillaaa…. What happen?” Tanya Ify

“nothing” jawab Shilla pelan.

“whatever” kata Sivia dengan nada sinis lalu meninggalkan Ify dan Shilla.

*


 Aku bertanya pada bintang-bintang di gemerlap malam apakah ia dapat melihan perbedaan pada diriku. Aku juga bertanya pada rumput yang bergoyang tertiup angin-angin malam apakah aku berubah. Tapi jawaban mereka sama. Diam. Ada apa denganku?


Pagi ini matahari cukup terik, sinarnya mampu membuat semua orang merasa tak nyaman ingin sekali rasanya pindah ke kutub utara saat ini juga. Begitu juga dengan Shilla ia sangat merasa tak nyaman. Tapi bukan karena panas matahari yang sedang tak bersahabat itu. Tapi karena hatinya yang belakangan ini tidak bersahabat. Manja sekali kalau menurut si empunyanya. Tidak salah lagi, ini soal perasaan. Perasaan yang tak pernah ia harapkan. Semakin hari semakin saja membuat perubahan pada hatinya. Bahkan pada seluruh tubuhnya.


Shilla yang biasanya tidak pernah peduli akan keadaan sekitarnya –kecuali penting- kini berubah. ia berubah menjadi sosok yang ingin tau apasaja. Apalagi kalau soal laki-laki yang meberikan perubahan ini, Cakka. Sebenarnya Shilla sendiri sadar. Perubahan ini bukan diakibatkan oleh otaknya melainkan hatinya. Shilla sering kali merasakan dadanya dihantam berulang kali oleh bebatuan yang amat sangat berat saat melihat Cakka bermain, bercanda, tertawa, dan segalanya bersama perempuan lain selain dia, sesak. Itu yang ia rasakan berulang-ulang kali.


Mungkin ini yang namanya cinta?, batin Shilla. Ia mengernyit sebentar, lalu mengerutkan dahinya. Mengapa begitu rumit?, batinya lagi-lagi sambil melakukan hal yang sama seperti tadi. Setiap hatinya bertaya-tanya ia selalu melakukan hal itu.  Ia terlihat sangat bingung. Entah, entah sampai kapan ia akan mendapatkan jawaban akan setiap pertanyaannya.

“Chill, lo napadah? Jidat lo dikerut-kerutin gitu. Mau tua lo? Haha” Tanya Ify yang sedari tadi bingung sendiri melihat tingkah sahabat lamanya ini.


Shilla terlonjak, kaget mendengar suara Ify. Gara-gara memikirkan hal bodoh tadi ia sampai lupa kalau ia sedang ada disekolah dan sedang belajar dikelasnya. “eee apaanlo fy engga engga” jawab Shilla

“wooohh Chillaaa bener nih kata Via, ada something….. cerita doonggg” pinta Ify yang membuat Shilla sedikit kaget.

“ssstttt ada guru tauuu” kata Shilla setengah berbisik dan telunjuknya membentuk angka satu yang diletakan di bibir.

“iyaa iyaa makanyaa ceritaa”

“kalo gue gamau?”

“Lo jahat.”

“Yahh fy bukan gituuu. Tapi iniii so-”

“Ayo semuanya kerjakan soal dipapan tulis. DIKUMPULKAN HARI INI.  Waktu kalian hanya 20 menit.   Jangan ribut” perintah guru Matematika yang sedang mengajar dikelas Shilla –kelas Ify juga- yang membuat omongan Shilla terhenti

“udah ah nanti aja Fy. Tuh disuruh ngerjain. Susah tau itu” kata Shilla yang sedikit lega karena  ada yang membuat dia untuk membatalkan ceritanya pada Ify

“aelah Chil…….”

“nanti lo juga tausih”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PART 4

1 komentar: