Minggu, 26 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 8


If you love someone. Don’t be afraid to tell him. Because, your risk if him go with someone else.


Ray menarik tangan Shilla hingga duduk disalah satu bangku kantin. Ray memesan beberapa minuman dan makanan. Padahal baru saja terdengar bel masuk. Tapi Ray tidak peduli, sepertinya memang ada hal penting yang ingin ia bicarakan. Shilla sendiri merasa sedikit risih, karena memang hanya ada mereka berdua disana, ya tentunya dengan penjaga-penjaga kantin. Bagi Shilla keluar saat jam pelajaran bukan hal yang menegangkan, secara Shilla anak pemilik saham terbesar sekolah ini. Walaupun ayahnya tak secara langsung memimpin sekolah ini, karena yaa kalian taulah bagaimana sibuknya ke dua orang tua Shilla di Paris.


“Ray udah bel niih masuk yukk” Rengek Shilla ketika Ray menghampirinya dengan membawa 2 mangkuk bubur ayam kegemaran siswa-siswi BCIJHS.

“Kenapa? Lo takut dihukum? Yaelah anak pemilik saham terbesar ko takut? Siapa yang berani ngehukum lo?” jawab Ray santai yang membuat air muka Shilla berubah. Seperti biasanya, Shilla tak suka ada yang membawa-bawa jabatan ayahnya. “Gue yang anak pemilik sisa saham sekolah ini aja…………….” Ray melanjutkan ucapannya tanpa melihat kearah Shilla lalu sejurus menutup mulutnya sendiri ketika belum menuntaskan ucapannya. Ia tersadar bahwa ia telah mengucapkan yang seharusnya tak ia ucapkan.

“Lo……. Anaknya om Duta?” Ucap Shilla dengan mulut setengah ternganga tak percaya.

“ha? Eh. Emm.” Ray menggantungkan ucapannya lalu segera mengangguk menyadari wajah Shilla belum juga berubah.

“HAAA! Tertanya selama ini lo ngatain gue ternyata lo juga anak pemilik saham!” Ucap Shilla sedikit kesal tetapi dengan nada bercanda.

“Tapi gedean saham bokap lo kali” Ucap Ray.

“Eh sama aja intinya lo anak pemilik saham juga!”

“Ashilla! Raynald! Kalian sedang apa disini? tidak dengar bel?” ucap salah satu guru yang memang sudah biasa bertugas mengechek kantin pada saat jam pelajaraan.

“ga” ucap Ray santai. Guru itu hanya menggeleng, ia tau mau semarah apapun ia pada Ray pasti tidak akan ada gunanya. Ray adalah anak yang sangat keras kepala. Entah apa yang menyebabkannya begitu. Yang pasti tidak ada satu gurupun yang berani membentaknya. Pantas saja, Ray tak pernah takut bermain handphone atau gadged lainnya ketika ada guru yang sedang mengajar dikelas. Ray ini, batin Shilla.

“Maaf pak, saya dengar ko. Saya kekelas dulu pak. Permisi” Ucap Shilla buru-buru, dan seperti biasanya disetai senyum ramahnya lalu menarik tangan Ray secara paksa untuk beranjak dari tempat mereka sekarag.

“Shill…… sakit ih aw!” Ucap Ray menarik tangannya dari genggaman tangan Shilla ketika mereka sudah berada didepan elevator yang berada di gedung kelas mereka.

“Ih, lagian sih! Lo gasopan tau. Mau gimanapun pak Ran tetep guru kita. Lebih tua dari kita.” Ucap Shilla melipatkan kedua tangannya didadanya sambil memajukan bibirnya.

“HAHAHA” bukannya menjawab ucapan Shilla, Ray malah tertawa. Shilla menggeleng lalu menuju elevator tanpa memperdulikan tawa Ray. Ray yang menyadari perubahan wajah Shilla mengejarnya dan meminta maaf.


Begitulah kedekatan Shilla dengan Ray, mereka memang baru-baru ini dekat. Tapi mereka berdua sama-sama merasa nyaman. Apalagi Shilla, akhir-akhir ini sahabat-sahabatnya memiliki kesibukan masing-masing. Ify, mempersiapkan lomba. Zahra, entahlah suka menghilang tiba-tiba yang kemudian disusul Agni. Sivia sendiri akhir-akhir ini terlihat sedikit menjauhi Shilla. Begitu juga dengan Ray, yang tidak terlalu memiliki banyak teman di sekolah ini. Ray tidak suka dengan sikap sebagian siswa yang terlalu berlebihan, atau yang pendiam sekalipun. Tapi Shilla, menurut Ray ia sangat berbeda.


*******************************************************************


Hari demi hari kujalani, dengan -tanpa kusadari- sebuah pengharapan. Harapan yang selalu berputar dikepalaku, harapan akan bahagia bersamamu.


Hari ini hari Minggu, seperti pelajar biasanya Shilla sedikit malas untuk bangun pagi. Lagipula hari ini memang tak ada jadwal apapun. Shilla ingin seharian beristirahat dirumah saja. Ia sudah memberi tahukan omma beserta pelayan-pelayan yang ada dirumahnya untuk tidak mengganggunya seharian ini, untuk sarapan atau makan siang sekalipun. Ia benar-benar tak ingin diganggu dulu hari ini, ia ingin istirahat. Fikirannya terlalu lelah belakangan ini.


Pukul 10.15, Shilla baru saja membuka matanya perlahan demi perlahan. Bagus tak ada yang membangunkannya, berarti omma dan pelayan-pelayannya mengerti keadaannya. Shilla duduk di ranjangnya sambil merenggangkan otot-ototnya. Rasanya sangat lega, akhirnya ia dapat beristirahat juga. Akhir-akhir ini ia memang kurang tidur. Entah karena apa, yang pasti setiap malam, ketika ia ingin memejamkan matanya selalu saja sangat sulit, mungkin karena otaknya masih berfikir, yang tak jelas memikirkan apa.


Shilla berpindah posisi ke sisi kanan ranjangnya yang tak terlalu jauh dari kulkas mini yang ada dikamarnya lalu mulai berjalan perlahan kearahnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana, seperti biasanya Shilla mengambil sekaleng susu dingin kesukaannya rasa coklat pastinya. Ia duduk di sofa yang memang berada dikamarnya. Terlarut dalam kenikmatan rasa susu kaleng kesukaannya itu.


Shilla menaruh susu kaleng itu di meja kaca didepan sofanya, lalu ia bersandar pada belakang sofa empuknya. Ia meregangkan otot-ototnya sekali lagi. Beberapa bulan ini, ia banyak megalami hal-hal baru, yang tak pernah ia duga selama ini. Oh ya, dia baru ingat kalau hari ini Ify sedang berlomba pramuka dan juga Cakka pastinya. Entah mengapa fikirannya berlari kearah sana. Ify, Cakka. dua orang yang ikut serta mewarnai harinya juga.


Shilla terdiam sebetar, seperti menimbang-nimbang. Lalu mengambil susu kalengnya dan berjalan kearah nakas kecil tempat ia menaruh handphonenya dan mengambilnya lalu duduk di sisi ranjangnya. Entah apa yang membuat Shilla mendekat dan mengambil handphoenya, yang pasti di Handphonenya itu terdapat 2 pesan masuk. Dari… Ify dan juga dari Cakka ternyata.


From: Ify Alyssa

Chillaaaa…… Do’ain lomba gue yaa supaya sukses. Love you;)


From: Cakka Nuraga

Hai Shill, minta do’anya ya buat lomba pertama gue di BCIJHS. Thankyou:)


2 pesan berbeda dari orang yang berbeda juga, tapi yang mempunyai inti yang sama. Shilla tersenyum. Ternyata Cakka masih mengigatnya. Tapi, ada sesuatu yag janggal pula yang ia rasakan. Perbedaan waktu pesan Cakka dan Ify hanya sekitar 2 menit. Entahlah, apa yang membuat Shilla merasa seperti ini. Apa ia cemburu? Tidak tidak. Masa ia harus cemburu pada sahabat lamanya sendiri. Shilla mengenal Ify, Ify tak pernah menyakiti hatinya. Ify selalu mengalah kepada Shilla. Shilla yakin betul akan hal itu.


Tiba tiba. Drrtt drrtt.. Handphone yang sedang ia genggam itu bergetar dua kali. Menandakan sebuah pesan masuk. Dari….. Ray rupanya. Tau dari mana ia nomor Shilla? Hah.. entahlah anak ini memang aneh.


From: 087889699***

Woy, Shill. Lg dirmh ga lo? Kmrnkan gue gajadi cerita tuh. Skrng gue mau cerita -Ray


To: Ray Prasetya

Ada. Tp gue lg mls keluar ray. Bsk aja. Jam pertama di tmn belakang.


From: Ray Prasetya

Yaudhdeh. Tmn belakang? Yg sepi bgt itu? tumben lo mau keluar jam pljrn?


To: Ray Prasetya

Iya. Bnyk omong lo ah. Mau ga?


From: Ray Prasetya

Iye iye. Yaudh bsk ya!


Shilla menaruh kembali Handphonenya di nakas kecilnya beserta susu kaleng yang sedari tadi masih ia pegang di tangan kirinya. Ia kembali berbaring diranjangnya. Ia memejamkan matanya, lalu sejurus membuka kembali kedua kelopak matanya. Huh…. Apa-apaan? Mengapa harus ada bayangan ka Arel? Apakah Shilla merindukan ka Arel? Atau…. Ini pertanda ia akan segera bertemu ka Arel? Ha? Mengapa ia berfikiran seperti itu. Ah tak taulah. Shilla mencoba memejamkan matanya kembali, tetap saja bayangan ka Arel yang ia temukan. Shilla memutuskan untuk tidak memejamkan matanya, ia duduk bersender pada kepala ranjangnya.


Ia tak munafik, ia memang sedang merindukan ka Arel, mungkin sangat merindukan bocah kecil yang tampan itu. yang selalu dapat membuat Shilla merasa tenang apabila sudah berada didekat ka Arel, membuat Shilla tak bisa berhenti tersenyum. Ka Arel….. apakah ia sedang merindukan Shilla juga? Atau mungkin ia malah sedang bahagia bersama perempuan lain?


Shilla juga tak munafik, ia benar-benar jatuh cinta dengan Cakka sekarang. Laki-laki itu, yang secara tak langsung selalu melukis lengkungan bulan sabit di bibir mungil Shilla. Membuat warna tomat matang berpindah kepipi mulus Shilla. Ya, Cakka. Tapi menurut Shilla, Cakka tetap Cakka takkan bisa berubah seperti sosok ka Arel.


Aku benci ini, aku benci dilema. Batinnya mengerang.


*


Aku rindu, rindu tawamu yang ‘dulu’ selalu mewarnai hariku.

 Kini ku tak tau pasti kau berada dimana.

Akankah ditempat berbeda kau juga sama denganku?

Merindukan aku? Merindukan kita?


 Di jam yang sama, namun tempat berbeda. Gabriel duduk di Sofa ruang tamu rumahnya. Membiarkan gadgetnya menyala tanpa ia sentuh sekalipun. Ia sedang terlarut dalam fikirannya. Matanya menerawang jauh. Apa? Bukan bukan. Tapi Siapa? Ya. Siapa yang sedang ada difikirannya sekarang?  Siapa lagi kalau bukan gadis mungil itu. Chilla, akhir-akhir ini Chilla sering sekali berputar diotaknya. Nama itu, suara manjanya, wajah mugilnya, tatapan teduhnya. Gabriel merindukannya.


“Rel? Arel?” sebuah suara mengagetkannya.

“Ha? Iya ma?” jawab Gabriel terkejut, ya mamanya lah pemilik suara itu.

“itu daritadi handphone kamu bunyi juga. Kamu lagi mikirin apa sayang?” Tanya mamanya lalu duduk disebelah Gabriel.

“oh iya. Hehe” jawab Gabriel lalu mengambil handphonenya yang ia letakan di meja didepa sofa. Sedikit terkejut melihat beberapa miscall dari satu nomor yang sama ya, Zahra.

“Rel? kamu kenapa?” Tanya mamanya karena pertanyaannya belum dijawab tadi.

“Arel gapapa ko ma.”

“Cerita aja sama mama rel”

“Mama ingat Chilla?” Tanya Gabriel menimbang-nimbang.

“Chilla… mm.. oh ya mama ingat. Kenapa? Kamu sudah bertemu dengannya?”

Gabriel tak menjawab. Ia hanya membalas dengan gelengan kepala.

“Kamu rindu Chilla?”

“Maybe” jawab Gabriel mengangkat kedua bahunya.

“Mama tau pasti sangat sulit. Tapi bagaimanapun juga kamu punya masa depan Rel. Mama ganyuruh kamu lupain Chilla. Tapii…. Berhentilah menengok kebelakang rel.” Ucap Mama Gabriel lalu bangkit dan menepuk-nepuk pangkal kepala Gabriel dengan lembut.


*


Mengapa ketika aku mendekat rasanya semakin menjauh? Apa kau tak merasakan itu? sungguh menyakitkan.


Masih dihari yang sama, hanya saja diwaktu yang berbeda dan juga ditempat yang berbeda.


“Kka? Are you okay?” Tanya Ify bingung melihat keadaan Cakka yang hanya diam saja sedari awal mereka mulai memasuki jam istirahat.

“ha? Gapapa ko.” Jawab Cakka sedikit terbata.

“Bejat, bejat. Lo temenan sama gue udah hampir satu semester kali. Lo gabisa boongin gue”

“gue beneran gapapa fy” Jawab Cakka ditambahi senyum yang sedikit dipaksakan.

“Chilla lagi?” Ify tetap saja bertanya. Rasa penasarannya sudah sampai puncak ubun-ubunnya. Kalo kata anak jaman sekarang semacam kepo gitu deh.


Cakka tak menjawab, ia hanya mengangkat bahu.


“Yaudah kalo gamau cerita gue kesana dulu ya jat. Kalo udah mau cerita gue siap kapanpun byeee” Ucap Ify lalu pergi meninggalkan Cakka.


Coba aja Shilla seperti itu terhadapnya, batinnya.


Entah mengapa Cakka akhir-akhir ini merasa dadanya sering terasa nyeri sendiri. Apalagi melihat kedekatan Ray dengan Shilla. Memangsih Cakka sendiri tau bahwa Ray memang baru akhir-akhir ini saja dekat dengan Shilla. Tapi? Tak ada yang salah bukan kalau Cakka berasumsi seperti itu? toh banyak orang yang jatuh cinta hanya dari pandangan pertama. Ya, seperti dirinya.


Apalagi kerenggangan hubungan perteman Shilla dan Cakka yang entah disebabkan oleh apa. Itu membuat Cakka benar-benar hampir putus asa. Kalau saja tidak ada Ify yang menyemangatinya mungkin Cakka sudah menyerah. Payah sekali Cakka ini. Huh.


Entahlah, Cakka sendiri bukan tipe cowo yang-mudah-putus-asa-deketin-cewe tapi hanya saja, ia selalu merasa tak yakin bisa mendapatka hati Shilla semudah ia mendapatkan hati cewe-cewe lain.


Tapi hatinya sudah bertekad untuk menjadikan Shilla miliknya, biarlah kalau Shilla tak bisa membalas cintanya nanti ia takkan mengusik Shilla lagi. Walau ia yakin hatinya akan bertolak belaang dengan fikirannya.


**************************************************************

PART 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar