Minggu, 12 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 4


Semakin kau berusaha menutupi segalanya seakan biak-baikk saja, semakin mudah pula mereka mengendus keberadaannya.


20 menit kemudian terdengar sebuah suara riuh lantang yang mampu menggetarkan hati semua siswa siswi Bunga Cendikia Internasional Junior High School juga guru-guru disana. Suara apalagi kalau bukan Bel jam istirahat yang selalu dinantikan setiap orang  yang memakai blazer berlambang BCIJHS itu atau mungkin juga dinantikan para guru-guru. Entahlah.


Hari ini rasanya Shilla kurang bersemangat. Ia tak ingin hatinya berkerja lebih keras dari otaknya. Karena ia tau akan berakibat fatal nantinya. Shilla hanya diam di tempat duduknya ketika hampir semua teman-teman sekelasya keluar kelas, merefresh otak sehabis pelajaran matematika tadi dengan makan di Kantin dan sekedar bergosip dengan teman-teman lainnya. Tapi, untuk Shilla sendiri sih tidak terlalu merasa pusing. Karena Shilla salah satu siswi yang dibilang cukup pandai dan cukup bersahabat dengan angka-angka yang memusingkan tersebut.

 “Shill Fy, kantin yukk” ajak Zahra.

“Ayodeh Zah” kata Shilla menggangguk-angguk. Daripada ia jadi disangka gila beneran oleh sivia gara-gara seharian diem begini. Mending ia ikut ke kantin walaupun ia sendiri tak yakin kalau ia akan merasa lebih tenang di kantin nanti

“gue nyusul deh Zah, mau nyalin catetan si Chilla dulu” kata Ify sambil menunjukan bukunya dengan buku Shilla. Ify memang mengakui bahwa dirinya tidak terlalu menyukai pelajaran matematika, jadi mending dia menyalin catetan Shilla dan meminta Shilla mengajarinya nanti.

“yaudah. Kita duluan. Bye fy” kata Agni.


 Kini keadaan kelas benar-benar hampi sepi. Hanya tinggal Ify dan 2 teman yang sudah terbilang cukup akrab didalam kelas, Cakka dan pasti bersama sahabat sebangkunya juga yaitu Debo. Mereka berdua lebih memilih bertahan dikelas sampai 5 menit kemudian. Karna meunurut mereka dalam waktu 5 menit itu kantin akan ramai sekali. Mereka berdua lebih memilih 5 menit duduk dikelas daripada harus berdesak-desakan di kantin karena toh sama saja waktunya akan terbuang sia-sia juga.

“Bejaaaattt………….” Panggil Ify

“Apaan nenek sihir bawel?” Tanya Cakka sambil bangkit dari kursinya.

“EHEHEH mau kemana looo?”

“Kantin. Kenapa? Mau ikut? Yuk” Jawab Cakka yang sudah ada didepan kelas dan sudah bersiap ingin keluar pintu kelas.

“ihhhh maleesss…. Banget…… tau ngga loooo bweekk” kata Ify sambil memeletkan lidahnya.

“Hahaha males aja kali fy” sambung Debo.

“HAHAHA ada apaan sih Fy?” sekarang giliran Cakka yang menertawai Ify.

“Galucuuuuu lo berduaa… “ kata Ify yang sudah kesal sekali dengan tingkah kedua teman dekat –barunya-nya itu.

“hahahah biariin emang ada apaan sih?” Tanya Cakka

“Aduuhh tadi gue mau nanya apaan ya? Lupakan tuh” kata Ify sambil mennggaruk tengkuk kepalanya yg tidak sama sekali terasa gatal.

 “Yeh lo gece mau ke kantin nih gue laperrrr”
Yaudah sanalah ke Kantinn aja looo” usir Ify


Cakka mengeleng heran lalu ia dan Debo pun pergi meninggalkan Ify sendiri dengan wajah yang masih terlihat bingung. ‘sebenernya tadi gue mau ngomong apaan sih?’ kata Ify berbicara sendiri.  Suasana kelas saat ini hening, sangat hening. Kelas sebelah yaitu kelas 7E dan 7D pun terlihat sepi, biasanya ramai dengan anak-anak yang merasa malas untuk ke kenatin, tapi saat ini keadaan benar-benar sunyi. Ify menjadi bergedik ngeri sendiri. ‘ah, tadikan gue mau nanya soal………….’ runtuk Ify sedikit kesal namun omongannya tiba-tiba harus terhenti karena mendengar suara yang sudah tidak asing ditelinganya. Suara lembut yang sudah ia dengar sejak  ia duduk dibangku kelas 2 SD.

“soaal apa hayoo?” Tanya Shilla yang baru saja memasuki kelas bersama Sivia, Zahra, dan Agni

“Eh lo pada udah ko udah ke kelas siih? Gue belum ke kantiiin” kata Ify asal sambil menutup-nutupi sesuatu sebenarnya sih Shilla sudah tau pasti. Tapi bagaimana dengan sahabat-sahabat lainnya. Ify lebih baik mencari alasan deh.

“lagian lamaa… abis ngapain lo? Wah Ify nihh yaa” kata Zahra sambil terkekeh.

“nih gue bawa makanan ringan kesukaan lo” kata Agni sambil melempar beberapa snack kesukaan Ify.

“Eee thankyou yaa” kata Ify lalu membuka snacknya.

“tadi soal apaan fy?” Tanya Sivia yang kemudian duduk disebelah Ify di bangkunya Shilla.

“ha? Soal? soal apaan? Engga koo” kata Ify dengan segala cara untuk menutupi wajahnya yang terlihat sedikit sedang berbohong dan tegang.

“Eh ini gue udah bawa tulisan”MADINGKU’nya” kata Shilla mencairkan suasan. Shilla tidak suka dengan suasana tegang seperti tadi. Ia lebih menyukai suasana gembira, ceria tidak seperti tadi dan sepertinya Shilla juga mengerti apa yang sedang ditutupi oleh Ify.

“ gue juga” samber Agni


Bel tanda masuk pun akhirnya berbunyi,  Ify segera membereskan bungkusan snack-snacknya yang tadi diberikan oleh Agni. Sivia bangkit dari kursinya Shilla dan akan kembali ke kursinya disebelah kursinya sudah terlihat Zahra duduk dengan santainya. Memang tadi Zahra meminta untuk kembali ketempat duduknya duluan, begitu juga Agni ia sudah duduk ditempatnya sendiri. Satu persatu siswa-siswi penghuni kelas 7Fpun mulai memasuki kelas. Kelas mulai terlihat gaduh, tingkah anak laki-laki dikelas ini memang bisa terbilang cukup brutal tapi sejujurnya mereka asik.


Cakka yang biasanya menjadi ketua diantara anak laki-laki dikelas ini kembali ketempat duduknya di depan Shilla. Entah mengapa tiba-tiba Shilla merasa tubuhnya memanas melihat punggung Cakka yang akan segara duduk di bangkunya. Hubungan Shilla dengan Cakka akhir-akhir ini memang terlihat agak jauh. Shilla lebih memilih mengobrol dengan Sivia Zahra atau Agni ketika Cakka Debo dan Ify mulai bercanda. Entah apa yang membuat Shilla berubah 180  seperti itu. Shilla hanya tidak ingin hatinya terus menguasai otaknya. Ia tau itu akan berakibat fatal pada hubungan ‘teman dekat’nya dengan Cakka. Shilla tidak pernah berharap lebih bukan? Buatnya berada didekat Cakka seperti ini saja cukup membuatnya nyaman. Tidak ada jantung yang berdetak tidak seperti biasanya, tidak ada peredaran darahnya yang lebih cepat dan menggila mengalir ditubuhnya, tidak ada panas dingin yang ia rasakan ketika 2 lingakaran bening matanya bertumbukan langsung dengan Cakka. Shilla tidak menyukai hal itu, karna saat itu juga ekspresi Shilla akan berubah dan akan mudah terbaca siapapun yang melihatnya bahwa iya sedang jatuh hati pada pemuda didepannya, pada pemuda yang baru ia kenal beberapa bulan ini. Ia tak ingin ada yang tau apalagi Ify.


Saat shilla sedang tidak nyaman dengan perubahan yang mulai terjadi dengan hati, detak jantung, aliran darahnya dan suhu tubuhnya tiba-tiba seorang guru cantik memasuki kelas mereka, dengan langkah penuh semangat dan juga diiringi dengan senyum yang menawan. Wangi parfumnya menyerbak membuat yang tidak sengaja menciumnya seperti meleleh. Beliau adalah walikelas 7F, bu Reni namanya. Guru yang terbilang masih cukup muda ini mengajar di bidang IPA. Kelas 7F sangat beruntung memilik walikelas secantik, sebaik, dan seperhatian bu Reni.

“Ayo semuanya, sudah siap meembuat madding?” Tanya Bu reni yang dijawab dengan teriakan kata iya oleh seluruh siswa-siswi 7F.


Shillla sendiri masih terus berada dalam pikirnya. Entah mengapa lama-kelamaan Shilla merasa nyaman, memerhatikan sosok Cakka dari belakang. Walaupun perubahn yang terjadi pada beberapa organ dalam tubuhnya semakin terasa, tapi saat itu juga Shilla merasa semakin nyaman. Shilla membayangkan ia bisa merengkuh sosok didepannya ini. Shilla bisa memeluknya, mendekapnya walau hanya dari belakang. Entah mengapa sejak detik ini Shilla merasa bahwa ia telah menjadi seseorang yang egois.


Cakka sendiri tidak terlalu merasa peka bahwa ia sedang diperhatikan oleh orang yang ia rasa agak menjauh darinya. Cakka sendiri bingung melihat perubahan Shilla. Mengapa ia tak pernah melihat tawa Shilla yang tulus lagi, ketika ia sedang melemparkan leluconnya. Yang ada malah Shilla yang sibuk dengan handphone dan gatgednya atau kadang Shilla yang sibuk dengan buku tulisnya. Cakka sedikit merasa kehilangan sesuatu dari hidupnya. Tawa Shilla, 2 lingkaran bening mata Shilla yang suka tidak secara sengaja bertumbukan dengan punyanya. Cakka sepertinya mulai merindukan Shilla. Entahlah, ia tak pernah mengerti apa ia juga menyukai Shilla. Tapi yang pasti Cakka sedikit tenang karena sudah memutuskan hubungannya dengan kekasihnya yang tanpa ia ketahui adalah orang yang cukup dekat dengan Shilla.

“Chill, mana tulisan ‘madingku’ yang buatan lo?” tiba-tiba suara Ify membuyarkan segala lamunanya, segala hasratnya untuk mendekap Cakka dan tidak akan pernah melepasnyakan kembali. Ia terkesiap melihat Ify yang terlihat bingung memandanginya. Tangan Ify telah mengadah karahnya seakaan meminta sesuatu.

“Chillaa… manaaa? Ko lo malah bengong gitu ngeliatin gue”

“Eh iya ini fy sorry” jawab Shilla sambil memulihkan kembali otaknya. Meminggirkan jauh-jauh pemikirannya yang tadi. Iya, hanya ia pinggirkan tidak ia singkirkan. Entahlah kenapa seperti itu. yang pasti Shilla tidak ingin menyingkirkannya ataupun membuangnya.

“Eh ini ada punya Agni juga. Tadi gue udah nanya ketemen-temen dibarisan kita. Hasilnya sama. Tinggal satu orang sih yang belum gue Tanya” kata Ify menjelaskan.

“oh yaudah”

“Kka…. Lo mau milih yang mana? Punya Chill, eh Shilla apa Agni?” Kata Ify sambil menunjukan dua buah kertas karton yang sudah dipotong menjadi agak kecil lalu bertuliskan kata ‘MADINGKU’ dan diberi sedikit hiasan.

“emang Shilla yang mana Agni yang mana?” Tanya Cakka yang sekarang sudah menghadap kebelakang. Kearah Ify, lalu melirik sekilas kearah Shilla. Shilla sedikit terkesiap karena saat Cakka melirik sebentar kearahnya, saat itu Shilla juga sedang melirik kearahnya. Seperti itulah Shilla. Selalu memerhatikan Cakka diam-diam.

“ini Shilla, Ini Agni” jawab Ify sambil menujukan kedua benda yang berada di kedua tangannya.

“emm…. Emang gue harus milih ya? Gue terserah ajadeh” jawab Cakka santai. Saat itu juga tubuh Shilla terlihat melemas sedikit. Ada perasaan kecewa yang menghantam hatinya tiba-tiba. Ia kira Cakka akan meimilih punyanya. Ternyata tidak.

“Kka, harus milih tau. Gua aja dipaksa sama nenek lampir satunih” tba-tiba terdengar suara Debo yang sedari tadi menghadap kedepan. “Udah pilih punya Shilla aja haha” sambung Debo sambil tertawa dan menepuk-nepuk pundak Cakka yang masih  terlihat bingung.

“ha?” Shilla tak sadar bahwa ia telah setengah berteriak. Wajahnya yang sedari tadi tanpa ekspresi berubah menjadi wajah kaget bercampur bingung. Cakka dan Ify secara reflek menghadap kearah Shilla. Sial, batin Shilla lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Lalu Shilla terkekeh sambil tetap menutup mulutnya agar tidak terlihat mencurigakan. Walau sebenarnya tetap saja takkan bisa menutupi wajah kaget bercampur bingungnya. Ify hanya menggeleng entah karena apa pada sahabat lamanya ini.


Cakka sendiri masih terlihat diam sambil menghadap kearah Shilla, lalu beberapa detik kemudian dia menghadap kearah tangan Ify. Cakka terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sebenarnya tadi kalau Cakka tidak membuang pandangan kearah tangan Ify dalam waktu  beberapa detik akan menimbulkan pertanyaan di hati Zahra yang daritadi memandang kearah Shilla dan Ify. Mungkin kalau Zahra melihatnya bisa menjadi sesuatu yang terasa membingungkan untuk Cakka.

“yaudah gue pilih punya…. Shilla aja deh” jawab Cakka lalu menoleh cukup lama kearah Shilla dan memperlihatkan lengkungan indah dari bibirnya. Walau hanya dalam beberapa puluh detik, bahkan tidak sampai setengah menit cukup membuat pipi Shilla sedikit memerah dan tanpa sadar Shilla membalas senyumnya walaupun sangat tipis.


Cakka  sempat melihat senyum tipis Shilla dalam waktu yang lebih singkat lagi, disisa waktunya meoleh ke Shilla ketika ia akan membalikan badanya kedepan lagi. Lalu Cakka terdiam sendiri ketika badanya sudah sepenuhnya melihat kedepan.


*


“hati-hatilah, kalau kita naksir orang selama lebih dari 4 bulan tandanya kita sudah jatuh cinta”- unknown


~


Semakin aku menepis keberadaanya, semakin aku yakin pula bahwa rasa itu benar-benar ada. Kini baru aku menyadari bahwa akulah yang membiarkannya merasuk ke jiwa ini sesukanya tanpa aku mengerti apa maunya.


Empat bulan lima belas hari sudah Shilla dan teman-teman barunya melalui masa-masa bersama dikelas baru mereka ini, yang mungkin sekarang sudah tak pantas dibilang baru.


Berarti sudah selama itu pula Shilla dapat merasakan gejolak baru yang sering timbul dihatinya, seiring waktu berjalan semakin besar pula rasa itu, semakin mengambil alih untuk menguasai tubuh Shilla. Shilla sendiri tak habis fikir, padahal akhir-akhir ini ia sudah mencoba untuk menjauh, tapi nyatanya. Tetap saja rasa itu muncul ketika ia tak sengaja melirik kearah Cakka. Hatinya benar-benar sudah mengotrol penuh akan tubuhnya. Dirumah Shilla suka membayangkan wajah Cakka, disekolah apalagi. Ia suka memikirkan tentang pemudah yang duduk tepat didepannya itu.


Akhir-akhir ini Shilla lebih terlihat murung. Bukan. Bukan sikap diamnya yang dulu pernah ia perlihatkan ketika baru pertama kali merasakan rasa aneh yang terus menerobos masuk ke kehidupannya. Tapi ia terlihat bersedih raut wajahnya selalu menampilkan rauh wajah yang tak bisa ditebak, yang pasti wajahnya itu terlihat sangat murung. Murung sekali. Sehingga orang yang melihatnya seakan-akan bisa merasakan apa yang ia rasakan. Walau sebenarnya Shillapun tak tau apa yang ia rasakan.


Tapi ia sedikit mengerti bahwa ini tentang rasa sialan itu. Rasa yang selalu membuat dirinya berubah—ubah. Kali ini rasa itu seakan ingin membunuh Shilla. Hatinya suka berdenyut-denyut tak menentu ketika ia tak sengaja melihat Cakka bercanda dengan perempuan lain teman sekelasnya. Sebenarnya Shilla tak pernah ingin melihat kejadian-kejadian yang menurut Shilla tak penting itu. Tapi hatinya selalu saja menyuruhnya dan entah mengapa Shilla hanya bisa menurut. Lalu merasakan denyut yang ia tak suka. Rasanya sesak, Shilla membencinya.


*


Matahari mulai terbenam lagi,
Namun rasa itu seakan takkan pernah ingin menglihang bersama gemerlap malam.
Bintang tampak tak ingin menemani bulan,
Berbeda dengan hati ini yang selalu menemani hariku bersamanya.
 
Andai saja hati ini tak pernah meminta,
Aku tak akan pernah ingin merasakan rasa itu.
Seakan membunuhku secara perlahan,
Melalui hal-hal yang tak pernah ku inginkan.


Hari ini guru-guru kelas 7 sedang mengadakan rapat dadakan. Namun sialnya anak kelas 7 tidak diperbolehkan untuk pulang. Jadi, anak-anak kelas 7 hanya bisa main di kelas, kantin ataupun taman yang tersebar disekolah ini.
  

Begitu juga dengan Shilla, Zahra, Ify, Sivia dan Agni. Mereka lebih memilih ketaman yang ada dibelakang sekolah. Taman ini cukup sepi, malah tak terlihat satupun anak yang memakai blazer CIJHS disini. Itu yang membuat mereka memilih taman ini. Mereka sudah sering berkumpul di taman ini. Sekedar bercanda gurau atau saling curhat melepaskan rasa yang telah membuat mereka tertekan.  Taman belakang sekolah ini sangat bagus dan rapih mungkin karena jarang bahkan tak pernah didatangi anak-anak BCIJHS lainnya karena memang letaknya yang agak jauh. Karena saking sepinya taman ini Sivia dan Agni memberikan nama untuk taman ini yaitu taman ketenangan.


Suasana kali ini memang sangat sepi sekali tidak terdengar satupun kata yang keluar dari mulut ke 5 sahabat ini. Shilla masih terlihat murung. Wajahnya seperti terlihat lelah bingung dan sedih bercampur aduk. Begitu juga dengan Ify yang sibuk dengan fikirannya sendiri tersenyum membayang-bayangkan wajah seseorang yang seakan-akan tersenyum juga padanya. Hal itu juga terjadi pada Zahra meski raganya berada disini tapi jiwanya seakan sedang menyusuri ruang-ruang kelas 8. Mencari sosok yang sampai ini masih bisa membuat dia menjadi tenang walau hanya terus berpapasan tanpa mengobrol baginya itu sudah menjadi kebahagiaannya. Sedangakan Sivia dan Agni hanya terdiam memandangi ketiga sahabatnya.


Agni menyenggol sikut Sivia pelan. Seperti memebrikan isyarat  agar Sivia menengok kearah Agni. Siviapun menatap mata Agni yang seakan-akan bertanya ada-apa-dengan-mereka Sivia hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. 

“Ni, ko kayanya sepi banget sih? Kita kekelas aja yuk. Bete gue” Kata Sivia yang memang sudah merasa sangat bosan berada diantara teman-temannya yang terlihat seperti orang kehilanga akal sehatnya itu.


Shilla yang mendengar ucapan Sivia merubah posisinya yang sedari tadi menaruh  dagunya pada salah satu telapak tangannya. Dan tangan satunya memaikan sebatang ranting kayu seakan sedang menulis sesuatu pada tanah berumput dihadapanya. “Viaa….” Panggil Shilla lirih.

“APA? EMANG BENERKAN? APAAN NIH SAHABAT-SAHABAT YANG GUE KENAL JADI BEGINI. DIEM-DIEMAN GAJELAS” kata Sivia mencak mencak sepertinya ia sudah sangat kesal. Mereka tau, Sivia tipe orang yang tidak suka kesedihan. Sivia jarang sekali terlihat murung, ia lebih sering tertawa. Entah karena apa.

“Vii… bukannya gitu..” jawab Ify tak kalah lirihnya dengan Shilla.

“APALAGISIH? HA?” jawab Sivia dengan sangat emosi. Sivia merubah posisinya menjadi berdiri. Kedua tangannya berdecak pinggang.

“LO GAUSAH SO TEGAR! C-E-N-G-E-N-G!” kata Zahra sarkatis dengan tak kalah emosinya sambil menekan ucapannya pada kata terakhir. Ia sudah tak kuat dengan bentakan Sivia selama ini. Sebenarnya Zahra tau. Sangat tau bahwa Sivia sebenarnya tidak setegar yang ia dan sahabat-sahabatnya liat.

“APA KATA LO?! HA?!?!?!!” Tanya Sivia terkesiap. Ia sangat kaget dengan apa yang Zahra ucapkan. Zahra…………………… mengapa mengucap seperti itu?, batinnya lirih sangat pedih. Sivia berlari secepat mungkin. Entah ia akan kemana.


Rapuh. Kini yang mereka rasakan. Mereka semua tak bisa saling mempungkiri, mereka memang benar benar  sangat rapuh. Kadang yang terlihat lebih tegar dari batu karangpun sangat mudah menjadi rapuh.


Zahra terdiam terpaku membisu. Teman-temannya memandanginya dengan heran bercampur kecewa. Zahra yang terlihat agak pendiam, mengapa bisa setega itu pada Sivia? Mereka tau Sivia memang sangat suka ngomel-ngomel pada mereka. Tapi yang Shilla Ify dan Agni tau Sivia lakukan itu karena ia tak suka dengan kesedihan, ia benci kesedihan. Ia lebih menyukai kesenangan, ia tak akan pernah bisa melihat sahabat-sahabatnya bersedih, menjadi orang cengeng. Itulah Sivia.


Shilla ikut terdiam, menunduk  kearah tanah, matanya dipejamkan sebentar. Ia tak berniat untuk memberikan sedikitpun ocehan pada Zahra. Ia sudah terlalu lelah. Lagipula ia tak ingin memihak siapapun disini. Ia sangat mengerti Sivia, Sivia yang meembantu Shilla berfikir dengan otaknya, tanpa harus memperhatikan arahan dari hatinya. Tapi Zahra? Shilla juga sangat dekat dengannya. Walaupun Zahra pendiam tapi Shilla tak bisa memungkiri bahwa Zahra yang paling mengerti keadaannya. Walaupun Zahra tidak tau bahwa Shilla menyukai Cakka.


Ify masih memandangi Zahra, pasti ia benar-benar tak habis fikir. Teman cuhat Sivia yang selalu memberikan arahan terbaik ini ternyata harus bersikap seperti itu. Zahra….. apa yang telah ia ucapkan memang benar benar keterlaluan. Ify tau kalau Sivia suka curhat pada Zahra dan Ify juga tau bahwa Zahra selalu bisa membuat Sivia menjadi tegar melebihi batu karang. tapi… mengapa kini ia juga yang membuatnya menjadi rapuh.


Agni sendiri tak habis fikir pastinya. Tapi ia lebih memilih untuk bangkit berdiri dan menghampiri Zahra. Agni adalah sahabat yang paling tau isi hati Zahra, ia tau bahwa jiwa raga Zahra yang sebenarnya sedang tak ada disini. Agni tau pasti tadi Zahra tidak sengaja mengucap seperti itu. butiran bening milik Zahra menetes perlahan. Agni berusaha sebisanya untuk menenangkan Zahra. Ia mengusap lembut punggung Zahra. Agni mengerti, Zahra sangat kecewa pada dirinya sendiri.


Ify berdiri dan bersiap untuk kembali kekelas. “Fy, mau kemana?” Tanya Shilla yang sudah berdiri juga.

“Mau kekelas. Mau ke Sivia” jawab Ify lalu segera berlari ke kelas.

Zahra masih terduduk dan menangis, kali ini tangisannya lebih keras. Agni masih terus berusaha menenangkannya. Shilla sendiri bingung harus apa. Ia memutuskan untuk menghampiri Sivia. “ gue ke kelas dulu ni. Jagain Zahra ya” kata Shilla dengan nada terdengar sedikit khawatir tetapi bingung, lalu Shilla berlari menyusul Sivia dan Ify ke kelas.


PART 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar