Jumat, 17 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 6


Cintamu tak pernah bertepuk sebelah tangan, hanya saja aku yang terlalu naïf untuk membalasnya. Atau memang karena takdir yang tak pernah memihak pada kita.


Hari ini Ify tak mengikuti jam pelajaran penuh seperti biasa, karena ia harus mendapatkan dispensasi dari ekskul pramukanya.  Ya, begitu juga dengan Cakka. Setelah bell istirahat terdengar, mereka langsung bergegas menuju ke ruangan Pramuka dan berlatih yang berlangsung  sampai sore hari. Ya begitulah Ify, dari sejak SD ia sudah aktif di Pamuka SDnya yang juga menjadi SDnya Shilla.


Sebenarnya Shilla  juga ingin mengikuti ekskul tersebut, tapi selalu saja Ify melarangnya. Padahal saat ia masih duduk di bangku SD ia juga mengikuti Pramuka bersama Ify. Tapi entahlah, apa yang membuat Ify tak membolehinya. Tapi yang pasti setiap di saat Shilla mengatakan ingin mengikuti ekskul pramuka, ify lansung menjawabnya “Jangan Chill, Pramukan SMP berat. Ngga kaya SD. Lo gabakal kuat.” Ucap Ify dengan tatapan penuh kasih sayang tanpa terlihat tatapan menjatuhkan sedikitpun. Ify memang sahabat yang baik untuknya.


“gue mau dispensasi dulu ya bye semuaaa…. Jangan kangeeen” Kata Ify sambil berlari menuju bawah yang juga melambaikan tangannya.


Yang kemudian hanya di balas dengan lambaian tangan dan senyum yang terpancar dari bibir masing-masing sahabatnya.


“Enak ya jadi Ify dispensasi terus beberapa hari ini” Ucap Agni sambil menyeruput es teh manisnya yang baru ia beli.


Ya, saat ini keempat sahabat ini sedang berada di salah satu meja kantin. Setelah Ify pergi tadi mereka langsung menuju kantin.


“Enak apaansih? Lebih cape pramuka tau” Balas Sivia yang sedang melahap sedikit demi sedikit  Burger kesukaannya.

“Ya, tapi kalo emang udah jadi hobby sih gabakal ada capenya” jawab Shilla setelah menyuapkan sesendok spagettinya.

“Iya jugasih. Tapi tetep ajakan intinya cape” Ucap via.

“Iyatuh bener kalo udah hobby pasti malah demen yakan?” kata Agni membenarkan ucapan Shilla.

“Ra, lo kenapa” Tanya Shilla yang bingung dengan keadaan Zahra. Mata Zahra menerawang jauh kedalam gelas es jeruknya. Tanpa ia minum sedikitpun. Es jeruknya masih penuh, dari tadi ia hanya mengaduknya dan melihatinya.

“gausah sok peduli” tiba-tiba saja terlontar perkataan itu dari bibir Zahra dengan malas ia mengucapkan kata demi kata tersebut, entah apa yang membuatnya mengucapkan kalimat seperti itu. Sambil terus mengaduk es jeruknya dan tanpa menatap Shilla sedikitpun.


Shilla sendiri terlonjak hampir saja ia jatuh dari tempat duduknya. Untung saja ia segera mengatur keseimbangan tubuhnya. Ia tak mngerti, mengapa  Zahra sejutek itu padanya. Apa salahnya? Bukannya ia yang kemarin membantunya bermaafan dengan Sivia? Entahlah Shilla tak mengerti.


Begitu juga yang Sivia dan Agni rasakan, mereka bingung dengan sikap Zahra. Ia kemarin baru saja bermaafan dengan Sivia apa ia ingin cari ribut lagi sekarang dengan Shilla. Mungkin Zahra hanya sedang PMS, yang ada dipikiran Sivia dan Agni bersamaan.


“Shill….” Panggil Sivia.

“Iya kenapa Vi?” Jawab Shilla disertai senyum manis seperti biasanya seperti tak terbebani apapun. Terbebani ucapan Zahra tadi.

“lo masih suka sama Cakk..” tiba-tiba Shilla mencubit tangan kiri Sivia yang memang berada disebelah kanan tangan kanannya.

“Uhuukk Uhuukk” Agni terlihat terkesiap, sehingga sampai terbatuk. “Apaa? Shilla suka sama Cakka?” lanjut Agni setelah menyeruput es teh manisnya dengan asal. Ia tak salah dengar kan tadi? Pasti tidak.


Begitu juga Zahra, tiba-tiba ia mengangkat kepalanya. Lalu tak terlihat aura membosankan seperti tadi. Zahra tersenyum tipis. Kalau Shilla suka Cakka. Emm kesempatan bagus buat gue, dia gabakal merebut Gabriel dari dekapan gue, piker Zahra sambil tersenyum puas, sangat puas.


“Duh viaaaa” rengek Shilla sambil memasang wajah bete sebete betenya.

“Yaelah Shill. Mereka sahabat lo juga kali. Gapapa mereka tau” Jawab Sivia dengan santai.

“Iya Shill. Kitakan sahabat lo” kata Zahra dibarengi dengan senyum yang amat menawan.


Apa-apaan Zahra ini tadi aja jutek, sekarang?, batin Shilla. Entahlah Shilla tak terlalu memikirkan itu. Tubuhnya memanas, apalagi dibagian wajah. Terlihat pipinya seketika berubah warna menjadi merah. Shilla sekarang sudah tak bisa menyangkal apa-apa lagi. Lagipula benar juga kata Sivia lama kelamaan mereka juga akan tau apa yang ada di hatinya saat ini.


“Shill, pipi lo merah. HAHAHA” kata Agni yang disertai tawa.

“Ah masa? Engga koo. Ihh” Jawab Shilla malu-malu.


Lalu mereka tertawa bersamaan.


*


Mereka telah tersatukan oleh rasa yang sama. Hanya saja masing-masing dari mereka masih terus memendamnya tanpa harus diketahui satu sama lain. Sebenarnya cinta memang harus diutarakan. Tapi mereka lebih memilih untuk bersabar dan membiarkan takdir yang mengantarkan mereka kedalam naungan cinta.


Sesuatu yang telah terbuka akan susah untuk tertutupi kembali. Percaya, kau pasti akan menemukannya sesuai jalanmu.


Siswa-siswi Bunga Cendikia Internasional Junior High School telah meninggalkan sekolah mereka sejak setengah jam lalu. Hanya saja keadaan itu tak sedang dirasakan anggota Pramuka. Mereka masih saja terus melakukan latihan. Dua minggu lagi mereka akan mengikuti lomba tingkat SMP disuatu sekolah swasta. Mereka harus benar-benar giat berlatih untuk mempertahankan nama baik BCIJHS yang sudah terkenal pramukanya sejak dulu.


Apalagi siswa-siswi kelas 7. Mereka harus benar-benar serius menjalani latihan. Karena ini akan menjadi lomba pertama mereka. Mereka harus menjadi yang terbaik. Apabila mereka gagal, entahlah, mungkin takkan ada kepercayaan lagi pada mereka. Karena setiap anggota pramuka baru pasti selalu menjadi yang terbaik. Karena mereka benar-benar dididik dengan sungguh-sungguh oleh pengajar mereka.


Begitu juga dengan Ify dan Cakka. mereka baru saja bisa bernafas lega karena mereka telah dipersilahkan untuk istirahat selama 20menit. Waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh anggota pramuka begitu juga Cakka dan Ify. Walau hanya 20 menit tapi bagi mereka ini sudah cukup anugrah yang tak terkira saat melalukan latihan rutin seperti ini. Halah. Berlebihan, tapi mereka benar-benar bersyukur. Setelah latihan berjam-jam mereka memang sangat membutuhkan istirahat.


“kka, kantin ngga?” Tanya Deva yang diceritakan Ify tempo lalu pada Shilla. Teman ekskul Pramukanya.

“nanti aja nyusul” jawab Cakka

“Oke” jawab Deva yang langsung berhambur ke kantin.

“bejaat, ngga ke kantin lo?” Tanya Ify yang baru sampai ditempat Cakka duduk.

“Ngga. Males rame sm anak pramuka. Lagian tempat langganan gue udah tutup jam segini” jawab Cakka panjang lebar sambil menyekah keringatnya yang terus mengucur daritadi.

“Nih minum.” Kata Ify menyodorkan sebotol minuman dingin.

“Thank” jawab Cakka sambil mengambil botol yang Ify berikan tadi padanya.

“emm.. baytheway gue boleh nanya?” Tanya Ify lagi yang sekarang sudah mengambil posisi duduk disebelah Cakka.


Ify memang dekat dengan Cakka, selain karena mereka dikelas memang sudah dekat. Mereka suka mengobrol dan bercanda bersama deva jika sedang latihan. Wajarlah. Tapi Ify sama sekali tidak memiliki rasa apapun pada Cakka. Hatinya telah memihak kepada Deva lebih dulu. Walau Cakka memang tampan dan juga baik tapi Ify tak pernah merasakan sesuatu yang aneh kalau dekat dengan Cakka. Ia memang hanya nyaman menjadi sahabatnya Cakka.


“boleh. Tanya aja lagi. Kenapa harus nanya dulu?”

“yakali aja lo lagi males jawab”

“Kalo lo mau nanya soal mtk ya gue gabakal jawab. Haha mau nanya apa emang?”

“mmm Bejat.. Lo suka sama Chill eh Shilla ya?” Tanya Ify dengan sedikit keraguan. Ia takut dengan jawaban Cakka yang malah akan mencaci makinya dan bahkan tak mau bersahabat dengannya karena ke sok tauannya.

“kalo iya kenapa?” Jawab Cakka santai lalu menghadap kearah wajah Ify yang terlihat kaget dengan jawaban Cakka yang berbanding kebalik dengan fikirannya.

“Serius?”


Cakka hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. Ify yang sedari tadi terlihat kaget seketika berubah menjadi bingung. “Gue juga bingung Fy. Gue ragu” jawab Cakka melihat raut wajah Ify yang berubah.


“ragu kenapa”

“lo taukan akhir-akhir ini dia agak ngejauh dari gue? Itu yang bikin gue ragu” Jawab Cakka lalu mengahadap ketanah.

“Mmm iya sih kka, apalagi dia masih ngestuck di masa lalunya” jawab Ify seadanya. Lalu ia tersadar dan menutup mulutnya ketika melihat raut Cakka berubah menjadi tambah murung.

“jat, walaupun dia.. emm masih suka kebayang masa lalunya. Tapi gue yakin ko dengan keberadaan lo disisi dia, dia pasti cepet bisa ngelupain masa lalunya. Percaya sama gue. Dia lagi butuh penenang sekarang” lanjut Ify panjang lebar.

“Penenang?”

“Iya, akhir-akhir ini gue liat dia suka aneh. Dia suka bengong sendiri. Terus wajahnya gampang pucet. Kayanya dia lagi banyak fikiran. Tapi dia gamau cerita sama gue. Yang gue tau dia mamanya sama papanya minta dia pindah ke Paris. Tapi dianya gamau. Ya gitu deh”

“pindah ke Paris?”

“Iya. Mama papanya Chill eh Shilla kan tinggal di Paris sejak dia kelas 2 SD. Makanya dia pindah ke rumah neneknya di Jakarta dan akhirnya sekelas sama gue dari kelas 2SD sampe sekarang. Dan dia juga harus kepisah sama sahabat kecilnya. Gue rada lupa sih namanya. Soalnya dia juga gamau gue nginget-nginget lagi. Eh malah dia yang suka keinget sendiri.”

“kalo udah kebiasaan nyebut Chilla ya gapapa kali. Oh gituu.emang dulu dia tinggal dimana? Sahabat kecilnya itu co..wo?”

“Okeedeh. Chilla dulu tinggal di Bandung. Iya sahabat kecilnya dia cowo. Katanya sih udah dia anggap kakanya sendiri. Tapi gue gayakin. Itukan pas dulu”

“Oh…” Jawab Cakka manggut-manggut sedikit kecewa mendengar ucapan Ify yang terakhir.

“Tapii ya. Gue yakin sih tipe-tipe kaya lo bakal gampang dapetin hatinya dia! Semangat!” kata Ify tibaa-tiba entah dapat fikiran darimana iya mengucapkan itu.

“Thankyou fy”

“ya sama-sama. Tapi…… satuhal yang harus lo inget. Jangan pernah sakitin dia.” Ucap Ify disertai senyumnya.


*


Percayalah, hati ini hanya untukmu. Tak ada yang lain hanya kamu. Jika mulutku tidak mengutarakan namamu, aku berbohong. Aku sangat merindukanmu. Jauh didasar hati ini takkan pernah bisa menepis bayangmu.


Pagi ini Shilla bangun lebih awal. Perutnya terasa keroncongan karena ia memang belum makan semalam. Ia terlalu lelah sehingga tertidur lebih awal dari jadwal  tidur biasanya. Shilla lalu berdiri dari tempat tidurnya dan meregangkan ototnya sebentar. Lalu segera berjalan kearah kulkas mini yang terletak di pojok kamar besarnya. Mengambil sekaleng susu dingin yang telah menjadi minuman favoritenya sejak ia kecil. Dan menjadi kenangan terakhirnya dengan……………….


Dengan siapa? Ah kenapa ia seperti melupakan sesuatu begini. Shilla mengerutkan kening. Berfikir keras tentang apa yang telah ia lupakan ini. Namun tak kunjung juga ia menemukan dalam otaknya. Tiba-tiba kaki Shilla seakan-akan tanpa diperintah olehnya menuju ke sebuah meja yang terletak di sebelah meja rias tempat ia mematut bayangan anggunnya dicermin.


Sesampainya disana Shilla semakin bingung sendiri. “Duh ini gue kenapasih”  ucapnya sambil menggaruk tengkuknya tak sama sekali terasa gatal entah pada siapa. Ia terus mengedarkan pandangannya kesekitar kamarnya. Ia terpaku sebentar lalu mengerutkan kening. Pandangannya tertuju pada satu frame kesayangannya yang sengaja ia letakan di paling depan agar ia selalu bisa mengenang seseorang yang berada disebelahnya dalam foto itu.


~


Di pagi ya cerah ini sebuah keluarga kecil telah sibuk akan mempersipakan kepindahannya. Bukan. keluarga kecil ini tak akan pindah ketempat yang sama. Ayah dan Ibundanya harus berpisah dengannya. Ia akan dititipkan pada neneknya. Ia bukannya tak bisa ikut dengan kedua orang tuanya. Bahkan orang tuanya telah membujuknya. Tapi, dia yang tak ingin. Alasannya karena ia tak ingin kehilangan sahabat yang telah ia sayangi. Padahal umurnya masih belia, sekitar 7tahun.


“ma, Chilla pengen ke taman di tengah komplek dulu ya” Ucap gadis kecil yang telah bersiap untuk pergi

“Ngapain sayang? Ayo cepat bentar lagi kita sudah mau jalan” Cegah mamanya.

“Iya ma, bentar doang ko” Bujuk Shilla yang lalu dibalas hanya dengan anggukan dari mamanya.


Gadis kecil itu segera berlari menuju taman ditengah komplek. Benar saja, sudah ada bocah lain yang duduk dibangku panjang yang memang sengaja diletakan disitu.Gadis itu lalu menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal.


“Kaa hh.. hh akhhu mhhau phhindahhh” Ucap gadis itu dengan raut wajah murung ditambah nafasnya yang masih tak beraturan.

“Kamu mending istirahat dulu sebentar. Baru ngomong” Jawab bocah laki-laki dengan tatapan penuh kekhawatiran.


Gadis kecil itu lalu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dan melakukannya beberapa kali. “Aku mau pindah ka. ke Jakarta. Kata mamasih Jakarta itu jauh dari sini. Sebenernya aku gamau ninggalin ka Arel. Aku mau disini aja” kata gadis itu dengan raut sedih yang teramat dalam.


“aku ngerti ko Chill, tapi itu mungkin yang terbaik buat kamu. Aku juga gamau kehilangan kamu ko” jawab bocah laki-laki itu menenangkan sambil mengusap lembut pipi gadis kecil dihadapannya.

“Maafin aku ka” Ucap gadis kecil itu lirih.Dia hanya bisa menatap kebawah. Ia benar-benar tak ingin berpisah dengan bocah laki-laki yang sudah ia anggap kakanya itu.

“Chilla gasalah ko” Kata bocah itu menghibur gadis kecilnya.

“kaka mau ini?” kata gadis kecil itu sambil menyodorkan sekaleng susu dingin yang belum ia minum sedikitpun.

“mm boleh. Makasih ya. Chilla emang gamau?”

“ih bukannya aku gamau. Tapi aku emang bawa dua ko hehe. Sama-sama ka” Ucap gadis kecil itu sambil tersenyum bahagia. Ia benar-benar bisa merasa tenang kalau sudah ada didekat bocah ini.


Bocah itu hanya membalas dengan tawa. Seakan-akan semua takkan berakhir sampai disini. Mereka akan tetap menjaga satu sama lain dihati mereka masing-masing.


“ka Arel kita foto bareng yuk. Tadi aku ngambil kamera mama diem-diem hehe” ucap gadis kecil itu yang membuat bocah laki-laki itu selalu gemas dengan gadis ini.


Lalu gadis kecil itu memanggil salah satu orang dewasa yang kebetulan sedang ada ditaman itu juga. Dan memintanya untuk membantu ia agar bisa berfoto dengan bocah laki-laki yang ia sebut ka Arel.Sahabat kecilnya.Sahabat yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Sungguh ia takkan pernah rela seutuhnya. Ia tak mengerti apa yang ia rasakan saat ini, ia masih sangat belia untuk merasakan getaran dihatinya. Tapi memang benar-benar tak bisa dipungkiri lagi. Bahwa mereka telah terikat cinta pertama –mungkin-


~


“Loh? Ko framenya ngegeser ya. Eh ini kenapaaa? Ko ini rusak siih nyebelin!” Ucap Shilla dengan segala kebingungan yang terus menerpanya. Ia tak tau mengapa ia menjadi seperti orang linglung begini. Apa karena ini masih terlalu pagi? Ah tidak juga. Ini benar-benar aneh.


Shilla meletakan kaleng susunya yang masih tersisa kurang lebih setengah kaleng itu di meja riasnya. Ia mengambil frame yang beberapa bulan belakangan ini ia lupakan. Ya, ternyata Shilla melupakan………….. ka Arel. Kenangan masa lalunya. Ia benar-benar sudah melupakannya. Dan ini mungkin karena Cakka. orang yang belakangan ini mengalihkan perhatiannya. Orang yang selama ini menggantikan posisi Arel dihatinya.


Tapi entah mengapa ia malah merasa bersalah sekarang. Wajahnya murung ia benar-benar tak menyangka sebegini rasanya melupakan orang yang telah memberinya semangat selama ini. Walau sudah 5 tahun ia tak bertemu dengan ka Arel tapi Shilla tetap akan selalu mengingatnya. Karena ka Arellah semangat Shilla.Tapi kini ia malah melupakannya.


Shilla merasa dirinya sangat munafik, ia tak suka bila harus terus terpaku pada masa lalu. Tak pernah melangkah maju. Tapi bukan itu alasan sebenarnya mengapa ia terus begitu, ia hanya masih membutuhkan penyemangat. Tapi Shilla mengerti ia sudah tak pantas mengingat ka Arel, walaupun tak begitu yakin. Namun pikirannya kini telah egois, pikirannya mengatakan bahwa percuma ia mengingat Arel karena pasti Arel takkan pernah kembali padanya


Tiba-tiba… Ceklek…. Pintu kamar Shilla telah dibuka oleh seseorang.


“Oma?” panggil Shilla pada perempuan tua yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Shilla.

“Chill, kamu udah bangun? Kirain masih tidur. Udah jam berapatuh. Masa belum siap-siap”

Shilla menaruh frame yang masih berada ditangannya lalu melihat kearah jam dinding yang ada dikamarnya.”Ha?! jam 6?! Yaa ini mah Chilla bakalan telat lagi omaaa” rengek Shilla pada kesalahannya sendiri.

“Ya salah kamu Chilla. Sudah bangun daritadi bukannya buru-buru mandi. Itu di atas meja yang ada didepanmu susu kaleng kamu? Bekas semalam”

“Ih omaaaa… Iya ini punya Shilla. Eee engga koo baru tadi. Yaudah Chilla mandi dulu yaa. Byeee” ucap Shilla sambil memberikan kissbye pada omanya yang lalu berhambur kedalam kamar mandinya.
 
 *


Mengapa kalimat itu tak pernah bisa terucap sekalipun. Padahal hanya terdiri dari 3 kata. Aku. Cinta. Kamu. Tapi mengapa sangat sulit ku ucapkan ketika berada tepat dihadapannya. Rasanya aku hanya bisa melihatnya tanpa melakukan apa-apa. Pengecut. Mungkin. Tapi nyaliku benar-benar tak ada saat seharusnya kata itu terlontar dengan mudahnya.


Pagi ini mentari seperti tak ingin keluar dari persembunyiannya. Atau memang karena terlalu banyaknya awan-awan yang datang bergerombol. Entahlah. Shilla terus mengedarkan pandangannya jauh ke luar kaca mobilnya. Sambil terus memutar-mutar ujung roknya. Walau raganya sedang berada disana tapi pasti jiwanya sedang bermain-main jauh entah kemana.


“non udah sampe nihh. Tuh barusan aja kedengeran bel masuknya”  Ucap lelaki yang sudah terlihat agak tua yang sekarang sedang berada disamping Shilla. Yap. Supir Pribadi Shilla sejak dulu ia baru tinggal di Jakarta.

“Ha? Iya? Eh? Emm mm yaudah pak Shilla turun dulu. “ Jawab Shilla dengan raut wajah malas. Entah mengapa sejak kejadian foto frame tadi pagi ia merasa kehilangan semangatnya.


Shilla memasuki koridor utama sekolahnya dengan langkah teramat gontai. Langkahnya terasa sangat berat, ia merasa sedang dibebani oleh beberapa karung beras berukuran 1 ton. Halah. Berlebihan agaknya. Yang pasti ia benar-benar merasa lelah. Sampai ia merasa seseorang telah menyenggolnya dengan sengaja dari belakang.


“EH anak pemilik saham terbesar sekolah ini, sekarang udah jam berapa woy! Nyantai banget lo” Hardik seseorang yang tadi telah menyenggolnya.

“EH APAANSIH?!” teriak Shilla dengan sisa-sisa tenaganya.


Anak itu hanya menoleh dan mengangkat bahu lalu kembali berlari ke kelasnya yang ternyata juga kelas Shilla. Ya, dia teman sekelas Shilla daaan diaa Ray. Salah satu teman laki-laki kelasnya yang memiliki postur tubuh yang sedikit lebih kecil dari postur tubuh anak laki-laki lain dikelasnya. Shilla tak terlalu begitu dekat dengan Ray. Tapi, ia cukup mengenal Ray dan beberapa kali mengobrol bersama teman lainnya juga.


Shilla terus berjalan dengan langkah gontai hingga mencapai kelasnya. Ia mendekat kearah kursinya dan melenghempaskan tubuhnya dengan pelan. Wajahnya terlihat sedikit pucat.  Nafasnya teratur tetapi terkadang ia menarik nafas panjang. Ia sudah tak memikirkan hal yang terjadi tadi. Ia sudah terlalu malas untuk berfikir yang tidak penting. Hanya akan membuatnya tambah lelah.


“Chill? Are you fine?” Tanya Ify hati-hati.

“yes, I’m fine” Jawab Shilla singkat dengan pelan.

“ Hari ini gue kayanya Pramuka dari pagi” kata Ify lagi.

“Yaudah…”

“Sorry gabisa nemenin lo. Nanti malem kita telpon telponan aja ya?” Tanya Ify bersemangat.

“Gausah Fy. Lo pasti capek seharian latihan”

“mm…. ngga ko Shill”


Tiba-tiba terdengar suara agak keras memanggil Ify.


“IFY….. AYO CEPETAN UDAH DICARIIN TUH” teriak seseorang itu dari depan kelas, Shilla tak melihat secara pasti yang memanggil Ify. Tapi Shilla tau itu suara laki-laki dan bukan suara Cakka. entahlah, batinnya lalu memejamkan mata sebentar.

PART 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar