Cintamu tak pernah bertepuk sebelah
tangan, hanya saja aku yang terlalu naïf untuk membalasnya. Atau memang karena
takdir yang tak pernah memihak pada kita.
Hari ini Ify tak mengikuti jam
pelajaran penuh seperti biasa, karena ia harus mendapatkan dispensasi dari
ekskul pramukanya. Ya, begitu juga
dengan Cakka. Setelah bell istirahat terdengar, mereka langsung bergegas menuju
ke ruangan Pramuka dan berlatih yang berlangsung sampai sore hari. Ya begitulah Ify, dari
sejak SD ia sudah aktif di Pamuka SDnya yang juga menjadi SDnya Shilla.
Sebenarnya Shilla juga ingin mengikuti ekskul tersebut, tapi
selalu saja Ify melarangnya. Padahal saat ia masih duduk di bangku SD ia juga
mengikuti Pramuka bersama Ify. Tapi entahlah, apa yang membuat Ify tak
membolehinya. Tapi yang pasti setiap di saat Shilla mengatakan ingin mengikuti
ekskul pramuka, ify lansung menjawabnya “Jangan Chill, Pramukan SMP berat. Ngga
kaya SD. Lo gabakal kuat.” Ucap Ify dengan tatapan penuh kasih sayang tanpa
terlihat tatapan menjatuhkan sedikitpun. Ify memang sahabat yang baik untuknya.
“gue mau dispensasi dulu ya bye
semuaaa…. Jangan kangeeen” Kata Ify sambil berlari menuju bawah yang juga
melambaikan tangannya.
Yang kemudian hanya di balas dengan
lambaian tangan dan senyum yang terpancar dari bibir masing-masing sahabatnya.
“Enak ya jadi Ify dispensasi terus
beberapa hari ini” Ucap Agni sambil menyeruput es teh manisnya yang baru ia
beli.
Ya, saat ini keempat sahabat ini
sedang berada di salah satu meja kantin. Setelah Ify pergi tadi mereka langsung
menuju kantin.
“Enak apaansih? Lebih cape pramuka
tau” Balas Sivia yang sedang melahap sedikit demi sedikit Burger kesukaannya.
“Ya, tapi kalo emang udah jadi
hobby sih gabakal ada capenya” jawab Shilla setelah menyuapkan sesendok
spagettinya.
“Iya jugasih. Tapi tetep ajakan
intinya cape” Ucap via.
“Iyatuh bener kalo udah hobby pasti
malah demen yakan?” kata Agni membenarkan ucapan Shilla.
“Ra, lo kenapa” Tanya Shilla yang
bingung dengan keadaan Zahra. Mata Zahra menerawang jauh kedalam gelas es
jeruknya. Tanpa ia minum sedikitpun. Es jeruknya masih penuh, dari tadi ia
hanya mengaduknya dan melihatinya.
“gausah sok peduli” tiba-tiba saja
terlontar perkataan itu dari bibir Zahra dengan malas ia mengucapkan kata demi
kata tersebut, entah apa yang membuatnya mengucapkan kalimat seperti itu.
Sambil terus mengaduk es jeruknya dan tanpa menatap Shilla sedikitpun.
Shilla sendiri terlonjak hampir
saja ia jatuh dari tempat duduknya. Untung saja ia segera mengatur keseimbangan
tubuhnya. Ia tak mngerti, mengapa Zahra
sejutek itu padanya. Apa salahnya? Bukannya ia yang kemarin membantunya
bermaafan dengan Sivia? Entahlah Shilla tak mengerti.
Begitu juga yang Sivia dan Agni
rasakan, mereka bingung dengan sikap Zahra. Ia kemarin baru saja bermaafan
dengan Sivia apa ia ingin cari ribut lagi sekarang dengan Shilla. Mungkin Zahra
hanya sedang PMS, yang ada dipikiran Sivia dan Agni bersamaan.
“Shill….” Panggil Sivia.
“Iya kenapa Vi?” Jawab Shilla
disertai senyum manis seperti biasanya seperti tak terbebani apapun. Terbebani
ucapan Zahra tadi.
“lo masih suka sama Cakk..”
tiba-tiba Shilla mencubit tangan kiri Sivia yang memang berada disebelah kanan
tangan kanannya.
“Uhuukk Uhuukk” Agni terlihat
terkesiap, sehingga sampai terbatuk. “Apaa? Shilla suka sama Cakka?” lanjut
Agni setelah menyeruput es teh manisnya dengan asal. Ia tak salah dengar kan
tadi? Pasti tidak.
Begitu juga Zahra, tiba-tiba ia
mengangkat kepalanya. Lalu tak terlihat aura membosankan seperti tadi. Zahra
tersenyum tipis. Kalau Shilla suka Cakka. Emm kesempatan bagus buat gue, dia
gabakal merebut Gabriel dari dekapan gue, piker Zahra sambil tersenyum puas,
sangat puas.
“Duh viaaaa” rengek Shilla sambil
memasang wajah bete sebete betenya.
“Yaelah Shill. Mereka sahabat lo
juga kali. Gapapa mereka tau” Jawab Sivia dengan santai.
“Iya Shill. Kitakan sahabat lo”
kata Zahra dibarengi dengan senyum yang amat menawan.
Apa-apaan Zahra ini tadi aja jutek,
sekarang?, batin Shilla. Entahlah Shilla tak terlalu memikirkan itu. Tubuhnya
memanas, apalagi dibagian wajah. Terlihat pipinya seketika berubah warna
menjadi merah. Shilla sekarang sudah tak bisa menyangkal apa-apa lagi. Lagipula
benar juga kata Sivia lama kelamaan mereka juga akan tau apa yang ada di
hatinya saat ini.
“Shill, pipi lo merah. HAHAHA” kata
Agni yang disertai tawa.
“Ah masa? Engga koo. Ihh” Jawab
Shilla malu-malu.
Lalu mereka tertawa bersamaan.
*
Mereka telah tersatukan oleh rasa
yang sama. Hanya saja masing-masing dari mereka masih terus memendamnya tanpa
harus diketahui satu sama lain. Sebenarnya cinta memang harus diutarakan. Tapi
mereka lebih memilih untuk bersabar dan membiarkan takdir yang mengantarkan
mereka kedalam naungan cinta.
Sesuatu yang telah terbuka akan
susah untuk tertutupi kembali. Percaya, kau pasti akan menemukannya sesuai
jalanmu.
Siswa-siswi Bunga Cendikia
Internasional Junior High School telah meninggalkan sekolah mereka sejak
setengah jam lalu. Hanya saja keadaan itu tak sedang dirasakan anggota Pramuka.
Mereka masih saja terus melakukan latihan. Dua minggu lagi mereka akan
mengikuti lomba tingkat SMP disuatu sekolah swasta. Mereka harus benar-benar
giat berlatih untuk mempertahankan nama baik BCIJHS yang sudah terkenal
pramukanya sejak dulu.
Apalagi siswa-siswi kelas 7. Mereka
harus benar-benar serius menjalani latihan. Karena ini akan menjadi lomba
pertama mereka. Mereka harus menjadi yang terbaik. Apabila mereka gagal,
entahlah, mungkin takkan ada kepercayaan lagi pada mereka. Karena setiap
anggota pramuka baru pasti selalu menjadi yang terbaik. Karena mereka
benar-benar dididik dengan sungguh-sungguh oleh pengajar mereka.
Begitu juga dengan Ify dan Cakka.
mereka baru saja bisa bernafas lega karena mereka telah dipersilahkan untuk
istirahat selama 20menit. Waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh anggota
pramuka begitu juga Cakka dan Ify. Walau hanya 20 menit tapi bagi mereka ini
sudah cukup anugrah yang tak terkira saat melalukan latihan rutin seperti ini.
Halah. Berlebihan, tapi mereka benar-benar bersyukur. Setelah latihan
berjam-jam mereka memang sangat membutuhkan istirahat.
“kka, kantin ngga?” Tanya Deva yang
diceritakan Ify tempo lalu pada Shilla. Teman ekskul Pramukanya.
“nanti aja nyusul” jawab Cakka
“Oke” jawab Deva yang langsung
berhambur ke kantin.
“bejaat, ngga ke kantin lo?” Tanya
Ify yang baru sampai ditempat Cakka duduk.
“Ngga. Males rame sm anak pramuka.
Lagian tempat langganan gue udah tutup jam segini” jawab Cakka panjang lebar
sambil menyekah keringatnya yang terus mengucur daritadi.
“Nih minum.” Kata Ify menyodorkan
sebotol minuman dingin.
“Thank” jawab Cakka sambil
mengambil botol yang Ify berikan tadi padanya.
“emm.. baytheway gue boleh nanya?”
Tanya Ify lagi yang sekarang sudah mengambil posisi duduk disebelah Cakka.
Ify memang dekat dengan Cakka,
selain karena mereka dikelas memang sudah dekat. Mereka suka mengobrol dan
bercanda bersama deva jika sedang latihan. Wajarlah. Tapi Ify sama sekali tidak
memiliki rasa apapun pada Cakka. Hatinya telah memihak kepada Deva lebih dulu.
Walau Cakka memang tampan dan juga baik tapi Ify tak pernah merasakan sesuatu
yang aneh kalau dekat dengan Cakka. Ia memang hanya nyaman menjadi sahabatnya
Cakka.
“boleh. Tanya aja lagi. Kenapa
harus nanya dulu?”
“yakali aja lo lagi males jawab”
“Kalo lo mau nanya soal mtk ya gue
gabakal jawab. Haha mau nanya apa emang?”
“mmm Bejat.. Lo suka sama Chill eh
Shilla ya?” Tanya Ify dengan sedikit keraguan. Ia takut dengan jawaban Cakka
yang malah akan mencaci makinya dan bahkan tak mau bersahabat dengannya karena
ke sok tauannya.
“kalo iya kenapa?” Jawab Cakka
santai lalu menghadap kearah wajah Ify yang terlihat kaget dengan jawaban Cakka
yang berbanding kebalik dengan fikirannya.
“Serius?”
Cakka hanya menjawab dengan
mengangkat kedua bahunya. Ify yang sedari tadi terlihat kaget seketika berubah
menjadi bingung. “Gue juga bingung Fy. Gue ragu” jawab Cakka melihat raut wajah
Ify yang berubah.
“ragu kenapa”
“lo taukan akhir-akhir ini dia agak
ngejauh dari gue? Itu yang bikin gue ragu” Jawab Cakka lalu mengahadap ketanah.
“Mmm iya sih kka, apalagi dia masih
ngestuck di masa lalunya” jawab Ify seadanya. Lalu ia tersadar dan menutup
mulutnya ketika melihat raut Cakka berubah menjadi tambah murung.
“jat, walaupun dia.. emm masih suka
kebayang masa lalunya. Tapi gue yakin ko dengan keberadaan lo disisi dia, dia
pasti cepet bisa ngelupain masa lalunya. Percaya sama gue. Dia lagi butuh
penenang sekarang” lanjut Ify panjang lebar.
“Penenang?”
“Iya, akhir-akhir ini gue liat dia
suka aneh. Dia suka bengong sendiri. Terus wajahnya gampang pucet. Kayanya dia
lagi banyak fikiran. Tapi dia gamau cerita sama gue. Yang gue tau dia mamanya
sama papanya minta dia pindah ke Paris. Tapi dianya gamau. Ya gitu deh”
“pindah ke Paris?”
“Iya. Mama papanya Chill eh Shilla
kan tinggal di Paris sejak dia kelas 2 SD. Makanya dia pindah ke rumah neneknya
di Jakarta dan akhirnya sekelas sama gue dari kelas 2SD sampe sekarang. Dan dia
juga harus kepisah sama sahabat kecilnya. Gue rada lupa sih namanya. Soalnya
dia juga gamau gue nginget-nginget lagi. Eh malah dia yang suka keinget
sendiri.”
“kalo udah kebiasaan nyebut Chilla
ya gapapa kali. Oh gituu.emang dulu dia tinggal dimana? Sahabat kecilnya itu
co..wo?”
“Okeedeh. Chilla dulu tinggal di
Bandung. Iya sahabat kecilnya dia cowo. Katanya sih udah dia anggap kakanya
sendiri. Tapi gue gayakin. Itukan pas dulu”
“Oh…” Jawab Cakka manggut-manggut
sedikit kecewa mendengar ucapan Ify yang terakhir.
“Tapii ya. Gue yakin sih tipe-tipe
kaya lo bakal gampang dapetin hatinya dia! Semangat!” kata Ify tibaa-tiba entah
dapat fikiran darimana iya mengucapkan itu.
“Thankyou fy”
“ya sama-sama. Tapi…… satuhal yang
harus lo inget. Jangan pernah sakitin dia.” Ucap Ify disertai senyumnya.
*
Percayalah, hati ini hanya untukmu.
Tak ada yang lain hanya kamu. Jika mulutku tidak mengutarakan namamu, aku
berbohong. Aku sangat merindukanmu. Jauh didasar hati ini takkan pernah bisa
menepis bayangmu.
Pagi ini Shilla bangun lebih awal.
Perutnya terasa keroncongan karena ia memang belum makan semalam. Ia terlalu
lelah sehingga tertidur lebih awal dari jadwal
tidur biasanya. Shilla lalu berdiri dari tempat tidurnya dan meregangkan
ototnya sebentar. Lalu segera berjalan kearah kulkas mini yang terletak di
pojok kamar besarnya. Mengambil sekaleng susu dingin yang telah menjadi minuman
favoritenya sejak ia kecil. Dan menjadi kenangan terakhirnya dengan……………….
Dengan siapa? Ah kenapa ia seperti
melupakan sesuatu begini. Shilla mengerutkan kening. Berfikir keras tentang apa
yang telah ia lupakan ini. Namun tak kunjung juga ia menemukan dalam otaknya.
Tiba-tiba kaki Shilla seakan-akan tanpa diperintah olehnya menuju ke sebuah
meja yang terletak di sebelah meja rias tempat ia mematut bayangan anggunnya
dicermin.
Sesampainya disana Shilla semakin
bingung sendiri. “Duh ini gue kenapasih” ucapnya sambil menggaruk tengkuknya tak sama
sekali terasa gatal entah pada siapa. Ia terus mengedarkan pandangannya
kesekitar kamarnya. Ia terpaku sebentar lalu mengerutkan kening. Pandangannya
tertuju pada satu frame kesayangannya yang sengaja ia letakan di paling depan
agar ia selalu bisa mengenang seseorang yang berada disebelahnya dalam foto
itu.
~
Di
pagi ya cerah ini sebuah keluarga kecil telah sibuk akan mempersipakan
kepindahannya. Bukan. keluarga kecil ini tak akan pindah ketempat yang sama.
Ayah dan Ibundanya harus berpisah dengannya. Ia akan dititipkan pada neneknya.
Ia bukannya tak bisa ikut dengan kedua orang tuanya. Bahkan orang tuanya telah
membujuknya. Tapi, dia yang tak ingin. Alasannya karena ia tak ingin kehilangan
sahabat yang telah ia sayangi. Padahal umurnya masih belia, sekitar 7tahun.
“ma,
Chilla pengen ke taman di tengah komplek dulu ya” Ucap gadis kecil yang telah
bersiap untuk pergi
“Ngapain
sayang? Ayo cepat bentar lagi kita sudah mau jalan” Cegah mamanya.
“Iya
ma, bentar doang ko” Bujuk Shilla yang lalu dibalas hanya dengan anggukan dari
mamanya.
Gadis
kecil itu segera berlari menuju taman ditengah komplek. Benar saja, sudah ada
bocah lain yang duduk dibangku panjang yang memang sengaja diletakan
disitu.Gadis itu lalu menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal.
“Kaa
hh.. hh akhhu mhhau phhindahhh” Ucap gadis itu dengan raut wajah murung
ditambah nafasnya yang masih tak beraturan.
“Kamu
mending istirahat dulu sebentar. Baru ngomong” Jawab bocah laki-laki dengan
tatapan penuh kekhawatiran.
Gadis
kecil itu lalu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dan melakukannya
beberapa kali. “Aku mau pindah ka. ke Jakarta. Kata mamasih Jakarta itu jauh
dari sini. Sebenernya aku gamau ninggalin ka Arel. Aku mau disini aja” kata gadis
itu dengan raut sedih yang teramat dalam.
“aku
ngerti ko Chill, tapi itu mungkin yang terbaik buat kamu. Aku juga gamau
kehilangan kamu ko” jawab bocah laki-laki itu menenangkan sambil mengusap
lembut pipi gadis kecil dihadapannya.
“Maafin
aku ka” Ucap gadis kecil itu lirih.Dia hanya bisa menatap kebawah. Ia
benar-benar tak ingin berpisah dengan bocah laki-laki yang sudah ia anggap
kakanya itu.
“Chilla
gasalah ko” Kata bocah itu menghibur gadis kecilnya.
“kaka
mau ini?” kata gadis kecil itu sambil menyodorkan sekaleng susu dingin yang
belum ia minum sedikitpun.
“mm
boleh. Makasih ya. Chilla emang gamau?”
“ih
bukannya aku gamau. Tapi aku emang bawa dua ko hehe. Sama-sama ka” Ucap gadis
kecil itu sambil tersenyum bahagia. Ia benar-benar bisa merasa tenang kalau
sudah ada didekat bocah ini.
Bocah
itu hanya membalas dengan tawa. Seakan-akan semua takkan berakhir sampai
disini. Mereka akan tetap menjaga satu sama lain dihati mereka masing-masing.
“ka
Arel kita foto bareng yuk. Tadi aku ngambil kamera mama diem-diem hehe” ucap
gadis kecil itu yang membuat bocah laki-laki itu selalu gemas dengan gadis ini.
Lalu
gadis kecil itu memanggil salah satu orang dewasa yang kebetulan sedang ada
ditaman itu juga. Dan memintanya untuk membantu ia agar bisa berfoto dengan
bocah laki-laki yang ia sebut ka Arel.Sahabat kecilnya.Sahabat yang sebentar
lagi akan ia tinggalkan. Sungguh ia takkan pernah rela seutuhnya. Ia tak
mengerti apa yang ia rasakan saat ini, ia masih sangat belia untuk merasakan
getaran dihatinya. Tapi memang benar-benar tak bisa dipungkiri lagi. Bahwa
mereka telah terikat cinta pertama –mungkin-
~
“Loh? Ko framenya ngegeser ya. Eh
ini kenapaaa? Ko ini rusak siih nyebelin!” Ucap Shilla dengan segala
kebingungan yang terus menerpanya. Ia tak tau mengapa ia menjadi seperti orang
linglung begini. Apa karena ini masih terlalu pagi? Ah tidak juga. Ini
benar-benar aneh.
Shilla meletakan kaleng susunya
yang masih tersisa kurang lebih setengah kaleng itu di meja riasnya. Ia
mengambil frame yang beberapa bulan belakangan ini ia lupakan. Ya, ternyata
Shilla melupakan………….. ka Arel. Kenangan masa lalunya. Ia benar-benar sudah
melupakannya. Dan ini mungkin karena Cakka. orang yang belakangan ini
mengalihkan perhatiannya. Orang yang selama ini menggantikan posisi Arel dihatinya.
Tapi entah mengapa ia malah merasa
bersalah sekarang. Wajahnya murung ia benar-benar tak menyangka sebegini
rasanya melupakan orang yang telah memberinya semangat selama ini. Walau sudah
5 tahun ia tak bertemu dengan ka Arel tapi Shilla tetap akan selalu
mengingatnya. Karena ka Arellah semangat Shilla.Tapi kini ia malah
melupakannya.
Shilla merasa dirinya sangat
munafik, ia tak suka bila harus terus terpaku pada masa lalu. Tak pernah
melangkah maju. Tapi bukan itu alasan sebenarnya mengapa ia terus begitu, ia
hanya masih membutuhkan penyemangat. Tapi Shilla mengerti ia sudah tak pantas
mengingat ka Arel, walaupun tak begitu yakin. Namun pikirannya kini telah egois,
pikirannya mengatakan bahwa percuma ia mengingat Arel karena pasti Arel takkan
pernah kembali padanya
Tiba-tiba… Ceklek…. Pintu kamar
Shilla telah dibuka oleh seseorang.
“Oma?” panggil Shilla pada
perempuan tua yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Shilla.
“Chill, kamu udah bangun? Kirain
masih tidur. Udah jam berapatuh. Masa belum siap-siap”
Shilla menaruh frame yang masih
berada ditangannya lalu melihat kearah jam dinding yang ada dikamarnya.”Ha?!
jam 6?! Yaa ini mah Chilla bakalan telat lagi omaaa” rengek Shilla pada
kesalahannya sendiri.
“Ya salah kamu Chilla. Sudah bangun
daritadi bukannya buru-buru mandi. Itu di atas meja yang ada didepanmu susu
kaleng kamu? Bekas semalam”
“Ih omaaaa… Iya ini punya Shilla.
Eee engga koo baru tadi. Yaudah Chilla mandi dulu yaa. Byeee” ucap Shilla
sambil memberikan kissbye pada omanya yang lalu berhambur kedalam kamar
mandinya.
*
Mengapa kalimat itu tak pernah bisa
terucap sekalipun. Padahal hanya terdiri dari 3 kata. Aku. Cinta. Kamu. Tapi
mengapa sangat sulit ku ucapkan ketika berada tepat dihadapannya. Rasanya aku
hanya bisa melihatnya tanpa melakukan apa-apa. Pengecut. Mungkin. Tapi nyaliku
benar-benar tak ada saat seharusnya kata itu terlontar dengan mudahnya.
Pagi ini mentari seperti tak ingin
keluar dari persembunyiannya. Atau memang karena terlalu banyaknya awan-awan
yang datang bergerombol. Entahlah. Shilla terus mengedarkan pandangannya jauh
ke luar kaca mobilnya. Sambil terus memutar-mutar ujung roknya. Walau raganya
sedang berada disana tapi pasti jiwanya sedang bermain-main jauh entah kemana.
“non udah sampe nihh. Tuh barusan
aja kedengeran bel masuknya” Ucap lelaki
yang sudah terlihat agak tua yang sekarang sedang berada disamping Shilla. Yap.
Supir Pribadi Shilla sejak dulu ia baru tinggal di Jakarta.
“Ha? Iya? Eh? Emm mm yaudah pak
Shilla turun dulu. “ Jawab Shilla dengan raut wajah malas. Entah mengapa sejak
kejadian foto frame tadi pagi ia merasa kehilangan semangatnya.
Shilla memasuki koridor utama
sekolahnya dengan langkah teramat gontai. Langkahnya terasa sangat berat, ia
merasa sedang dibebani oleh beberapa karung beras berukuran 1 ton. Halah. Berlebihan
agaknya. Yang pasti ia benar-benar merasa lelah. Sampai ia merasa seseorang
telah menyenggolnya dengan sengaja dari belakang.
“EH anak pemilik saham terbesar
sekolah ini, sekarang udah jam berapa woy! Nyantai banget lo” Hardik seseorang
yang tadi telah menyenggolnya.
“EH APAANSIH?!” teriak Shilla
dengan sisa-sisa tenaganya.
Anak itu hanya menoleh dan mengangkat
bahu lalu kembali berlari ke kelasnya yang ternyata juga kelas Shilla. Ya, dia
teman sekelas Shilla daaan diaa Ray. Salah satu teman laki-laki kelasnya yang
memiliki postur tubuh yang sedikit lebih kecil dari postur tubuh anak laki-laki
lain dikelasnya. Shilla tak terlalu begitu dekat dengan Ray. Tapi, ia cukup
mengenal Ray dan beberapa kali mengobrol bersama teman lainnya juga.
Shilla terus berjalan dengan
langkah gontai hingga mencapai kelasnya. Ia mendekat kearah kursinya dan
melenghempaskan tubuhnya dengan pelan. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Nafasnya teratur tetapi terkadang ia menarik
nafas panjang. Ia sudah tak memikirkan hal yang terjadi tadi. Ia sudah terlalu
malas untuk berfikir yang tidak penting. Hanya akan membuatnya tambah lelah.
“Chill? Are you fine?” Tanya Ify
hati-hati.
“yes, I’m fine” Jawab Shilla
singkat dengan pelan.
“ Hari ini gue kayanya Pramuka dari
pagi” kata Ify lagi.
“Yaudah…”
“Sorry gabisa nemenin lo. Nanti
malem kita telpon telponan aja ya?” Tanya Ify bersemangat.
“Gausah Fy. Lo pasti capek seharian
latihan”
“mm…. ngga ko Shill”
Tiba-tiba terdengar suara agak
keras memanggil Ify.
“IFY….. AYO CEPETAN UDAH DICARIIN
TUH” teriak seseorang itu dari depan kelas, Shilla tak melihat secara pasti
yang memanggil Ify. Tapi Shilla tau itu suara laki-laki dan bukan suara Cakka.
entahlah, batinnya lalu memejamkan mata sebentar.
PART 7
PART 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar