Jumat, 17 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 7


Cinta takkan bisa ku atur kepada siapa ia akan memihak, kepada siapa ia akan tunduk, bahkan kepada siapa ia akan menjauh. Tapi cintaku, aku yakin tanpa kusuruhpun akan bersingkur dihadapanmu. Aku tak pernah bisa menolak pesona mu. Terlalu indah untuk ditepis. Tapi entahlah, otakku tak bisa berfikir secara jernih. Ia selalu bertolak belakang dengan hatiku. Aku benci, aku benci dilema.


Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berblazer BCIJHS segera berhamburan keluar kelas dengan memakan waktu tak sampai semenit kantin sudah penuh dengan gerombolan murid-murid yang ingin memanjakan dirinya setelah belajar beberapa jam tersebut.

“Shill….. kantin?” Tanya Sivia.

 Tak terdengar jawabannya. Hanya saja kepalanya menggeleng lalu disertai senyum.

 “Yaudah kita duluan. Bye Shill” kata Agni seraya pergi meninggalkan Shilla dikelas.


Setiap jam istirahat seperti ini memang kelas selalu sepi. Karena mungkin murid-murid ingin menghela nafas lebih banyak daripada dikelas. Shilla masih duduk di bangkunya sambil menyenderkan tubuhnya. Entah apa yang difikirannya. Arelkah…… atau Cakkakaah… entahlah. Shilla lebih terlihat seperti orang yang sudah kehilangan harapan hidupnya. Ya, bisa dibilang seperti itu. ia hanya menghela nafas berulang-ulang. Memejamkan matanya dan larut dalam kebimbangan hatinya.


“Eh anak pemiliksaham terbesar disekolah ini! Gakekantin lo?” tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengagetkan Shilla. Membuyarkan lamunannya. Dan memaksakan matanya untuk terbuka.

“DIEM LO! BUKAN URUSAN LO!” bentak Shilla. Ia memang paling tak suka bila ada seseorang yang mengungkit masalah-kepemilikan-saham-terbesar-ayahnya. Rasanya ingin ia masukan sesuatu kemulut orang yang membicarakan itu.

 Laki-laki itu tak menjawab. Wajahnya terlihat acuh tak acuh. Tak memperdulikan bentakan Shilla tadi. “gausah sewot kali. Emang gitu kenyataannya” jawab laki-laki itu santai.

“TAPI GUE GASUKA!” bentak Shilla lagi. Kesabarannya benar-benar sudah terkuras. Fikirannya yang sekarang entah sedang berada dimana juga menjadi salah satu penyebab kemarahannya mungkin.

“yaudah. Gue. Minta. Maaf. Ya. Anak. Pemilik. Saham. Terbesar. Sekolah. Ini” Jawab laki-laki itu tak kalah acuhnya dengan ucapannya sedari tadi. Hanya saja pada ucapannya kali ini dia lebih menenkankan kata per katanya.


Shilla tak menjawab, ia hanya menghela nafas panjang lalu memejamkan matanya lagi diatas kedua telapak tangannya. Ia benar-benar lelah. Apabila ia terus menanggapi ocehan laki-laki ini bisa-bisa asmanya kambuh.


Tiba-tiba Shilla merasakan dadanya teramat sakit. Seperti ditekan oleh suatu benda yang teramat berat. Ia menghela nafas berkali-kali. Tapi tetap saja hanya nafas pendek yang ia rasakan. Dadanya semakin terasa sakit. Ia mendongak keatas sambil memegangi dadanya lalu mencoba menarik nafas sepanjang mungkin. tetap saja sia-sia. Nafasnya tetap terengah-engah. Laki-laki tadi yang menyadari perubahan pada Shilla langsung menghampiri Shilla dan memerhatikan gadis itu.

“Eh lo kenapa?” Tanya laki-laki itu panic. Sambil bingung harus melakukan apa.

Shilla terus memeganggi dadanya. Ia masih mencoba bernafas sewajarnya tetap saja sia-sia.  “dhada ghhuee shakhitt.. hhh hh” Ucap Shilla dengan sebisanya.

“Lo…. Lo… lo asma? Mana obat lo? Mana inhaler lo?” Tanya laki-laki dengan raut wajah yang terlihat amat sangat panic. Bagaimana tidak, ia tak pernah menangani orang sakit asma seperti ini sebelumnya.

“khayhaanyahh dhii tashh ghueehh.. hh hhh”


Laki-laki itu langsung meminggirkan Shilla sedikit dan dengan secepat mungkin mengambil inhaler milik Shilla. Ketika ia sudah menggenggam inhaler itu, ia segera memberikannya kepada Shilla. Tak lama kemudian Shilla sudah bisa bernafas dengan normal dengan bantuan inhaler tersebut. Meski dadanya masih terasa menyesakkan.

“Gimana lo udah baikan kan?”

“Udahhh koo.. hhh”

“Sorry Shill. Gara-gara gue buat lo marah ya?” Tanya laki-laki itu dengan nada teramat bersalah.

“engga koo.. bukan gara-gara lo Ray.” Jawab Shilla sambil mencari posisi duduk yang pas. Ya, laki-laki itu Ray. Laki-laki yang sedari tadi pagi membuat Shilla kesal tapi telah menolongnya juga sekarang.

“terus kenapa? Emm… ada masalah ya lo? Dari tadi pagi murung banget kayanya”


Shilla hanya tersenyum lalu meletakkan kembali inhalernya ke dalam tasnya.


“Ye ditanya malah senyam senyum”

“emmm….. ngga ko. Lagipula kalo gue certain juga lo gabakal ngerti”

“it’s oke kalo gamau cerita. Gue gamaksa. Asal lo gakaya tadi aja didepan gue. Gue panic tau ngga!”


Shilla tersenyum kembali. Hatinya terasa tenang. Entah mengapa ia merasa begitu tenang karena mengobrol dengan laki-laki teman sekelasnya yang sudah bikin ia kesal daritadi pagi ini. Perasaannya menjadi lebih baik sekarang. Tidak seburuk tadi pastinya. “gaiklas ya lo nolongin guenya? Haha”

“Yee bukan gituu…. Gue shock aja. Gapernah liat orang asma gue” jawab Ray yang disertai dengan senyumannya juga.

Senyumnya manis, batin Shilla. “Hahaha ya maap. Lagian lo jugaa bikin gue marah-marah tadiii. Bweekk” Ucap Shilla lalu ditambahkan dengan memeletkan lidahnya. Ia terihat amat manja. Entah mengapa ia ingin melakukannya.


Ray tertawa lalu segera bernjak keluar kelas. Entah mengapa ia merasa jantungnya berdetak keras ketika melihat senyum Shilla tadi. Seperti merasakan sesuatu. Gejolak apakah yang baru ia rasakan? Tidak-tidak, ia langsung membuang fikiran aneh itu secepatnya.


“Shill?” tak lama setalah Ray telah menghilang dari kelas beberapa temannya memasuki kelas seperti terlihat tergesa-gesa.

 “lo gapapakan?” Tanya Sivia

“Iya Shill? Lo udah sehatkan?” Lanjut Agni

“Udah gapapa kan Shill? Mana yang sakit?” Timpal Zahra.

“Hei apaandeh kalian ini?” jawab Shilla yang terlihat baik-baik saja dengan raut wajah bingung.

“Eh lo gapapa? Wah kita diboongin sama Ray dong………” Ucap Agni gemas

“Hhaha iya gue gapapa. Tapi si Ray gaboong juga ko dia” Jawab Shilla apa adanya.

“jadi, tadi asma lo beneran kambuh?” Tanya Sivia


Shilla hanya mengangguk, membenarkan pertanyaan Sivia.


“Terus?” jawab Zahra penasaran.

“Yaudah si Ray nolongin gue. Soalnya diasih yang bikin gue ngomel-ngomel sampe asma gue kambuh gitu” jelas Shilla

“mmm…. Asma lo kambuh bukan karena ngomel-ngomel doang kan Shill?” Tanya Sivia.

“Gatau. Yang pasti sekarang gue lagi cape banget hehe”

“Oh yaudah istirahat aja gih” Ucap Zahra penuh perhatian.


*


Hari ini berjalan amat cepat, semua murid-murid Bunga Cendikia Internasional School telah meninggalkan sekolah mereka satu persatu. Seperti biasanya. Kecuali anak-anak yang mengikuti ekskul Pramuka itu. Mereka masih harus berlatih keras karena lusa mereka sudah harus bertempur di medan perperangan mereka, ya. Yaitu tempat perlombaan mereka.


Pukul 13.30 seperti biasanya mereka akan diberi waktu untuk istirahat selama 20menit. Seperti biasanya pula, Cakka dan Ify akan mengobrol berdua di kursi panjang yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat mereka latihan. Cakka memang tak suka ke kantin, entah karena apa. Yang pasti ia kana selalu memberikan alasan karena kantin ramai atau karena tempat ia biasa membeli makanan sudah tutup sejak bubaran murid-murid lain tadi. Yang pasti Cakka selalu menolak apabila ada yang mengajaknya untuk sekedar nongkrong di kantin. Ia lebih menyukai duduk disini dan mengobrol bersama Ify.

“Jadi gimana?” Tanya Ify pada Cakka yang sedang menenggak air dari dalam botolnya.

“Uhuukk Uhuukk” Bukannya menjawab Cakka malah tersendak. Ify ikutan diam hanya merespon dengan gelengan kepala.

“Gue juga belum tau fy. Gue bingung” Jawab Cakka melihat respon Ify.

“Hhh Jat lo jangan gitu dong. Kalo lo emang suka, jangan pesimis! Gue yakin Shilla pasti bisa kasih lo kesempatan!” hibur Ify. Lagipula Ify juga sudah lelah melihat Shilla yang terus terpaku pada masa lalunya.

“Sekarang gue mau focus ke lomba dulu fy. Mungkin….. nanti setelah lomba”

“Okeee itu sih terserah lo. Tapi yang pasti lo gaboleh nyerah! “

“Thank Fy. Mmm, baytheway lo suka ya sama Dev….” Ucap Cakka terhenti ketika Ify mencubit lengannya, kemudia mengarahkan dagunya kesegerombolan anak-anak pramuka yang baru kembali dari kantin.


Cakka terdiam. Lalu Ify mengangguk menjawab pertanyaan Cakka. “Berarti bener?” Tanya Cakka kemudian.


“Emang lo tau darimana?” ucap Ify yang bukannya menjawab malah balik bertanya.

“mata lo.”

“Boong” Ucap Ify sambil mengerutkan kening.

“emang. Haha gue tau dari obrolan lo sama Shilla yang duluuuuu banget”

“Yeeh… galucu tauuu” Ucap Ify sambil memutar bola matanya.


*


Jujur. Dan. Katakan. Jika. Kamu. Tak. Pernah. Ingin. Kehilangan. Dia.


Pagi ini Shilla terlihat lebih semangat dari biasanya. Ia sudah berada didepan gerbang sekolah pukul 6.30. Shilla mengamati sekekeling sekolah elit yang masih terlihat sepi itu. Lalu ia segera masuk kedalam kelasnya yang baru terlihat beberapa orang disana. Salah satunya adalah Ray. Seseorang yang membantunya kemarin. Ternyata dia juga sudah datang, batin Shilla.


“Hoy anak pemilik saham terbesar sekolah ini. Udah datang? Tumben.” Ucap Ray santai

“Shut Up!” Omel Shilla pada Ray. Walau tak membentak seperti kemarin.

“Haha iya iya becanda kalii”


Shilla tak menjawab. Hanya saja ia memutar bola matanya lalu beranjak keluar kelas setelah menaruh tasnya didalam loker mejanya.


Shilla terdiam di balkon kelasnya. Ia hanya tersenyum sedari tadi. Entah mengapa rasanya ia ingin tersenyum. Saat ia sedang asik terbang bermain dengan fikirannya yang melukiskan lengkungan indah di bibirnya itu tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara yang tak asing baginya. Cakka. Laki-laki yang beberapa bulan terakhir ini terus bersarang dikepalanya.

“Hai Shilla” Sapa Cakka.

“Hai kka” Balas Shilla singkat. Menutupi kegugupannya.

“tumben gamanggil gue bejat? Udah tobat ya? Haha”

“Yeee yaudaah Hai B.E.J.A.T” ucap Shilla yang disertai penekanan pada kata ‘bejat’


Cakka tak menjawab hanya saja ia terkekeh. Lalu berdiri tepat disamping Shilla. Saat itu juga jantung Shilla serasa berdetak melebehi kecepatan seharusnya. Suhu tubuhnya meningkat tetapi suhu disekitarnya menurun. Perlahan peluh mulai turun dari wajahnya sedikit demi sedikit. Rasanya ia seperti maling yang baru saja kepergok. Duh, kenapasih ini?, batinnya mengerang. Ia hanya bisa memejamkan mata mencoba untuk kembali tenang menarik nafas sebisanya agar tidak terlihat aneh didepan Cakka.


Begitu juga dengan Cakka. Ia benar-benar sudah menyiapkan mental sebaik-baiknya dari tadi sejak ia masih dirumah agar bisa sekedar mengobrol dengan Shilla sekarang. Cakka tersenyum mendengar respon Shilla tadi. Ia masih saja menjadi Shilla yang dulu, walau sudah agak lama mereka tak saling mengobrol. Sebenarnya ini ide Ify. Untuk sekedar menyakinkan bahwa gejolak yang berada di hati Cakka akhir-akhir ini memang gejolak yang telah ia duga. Cinta.


Walau Cakka sudah mempersiapkan mentalnya masih saja ia merasa gugup berada disamping gadis ini. Gadis yang ia suka karena sikap apa adanya. Entah sejak kapan Cakka mulai merasa nyaman berada disebelah gadis ini. Yang pasti ketika gadis ini sedang menahan sakit, hatinya pasti akan turut merasakan. Cakka sendiri bingung, sebenarnya sejak tadi dirumah sampai kesekolah dia sudah menyiapkan beberapa obrolan. Tapi mengapa sekarang ia malah menjadi diam seperti ini.

“Ga dispensasi?” Tanya Shilla membuyarkan lamunan Cakka.

“Ha? Eh engga. Kan besok udah lomba jadi hari ini istirahat. Mungkin nanti sore baru ngumpul lagi”

“Oo”

“SHILLAAA” panggil seseorang yang akhir-akhir ini melukiskan tawa di bibir Shilla.


Shilla memalingkan wajah ke arah seseorang yang memanggilnya tadi. “kenapaa Ray?” Tanya Shilla pada Ray. Yap. Ray lah yang belakangan ini membuat Shilla tertawa lepas.

“Eh ada Cakka. Hay bro.. Gapapa Shill manggil doang hehe maaf ganggu” jawab Ray merasa tidak enak mengganggu obrolan Cakka dengan Shilla.

“ eh Ray.” Ucap Cakka singkat disertai senyum.

“Apaansih lo Ray. Ganggu apaan orang galagi ngapa-ngapain.”


Sial. Batin Cakka. mengapa mereka harus dipisahkan? Padahal Cakka ingin berbicara banyak dengan Shilla. Hanya sekedar melepas rindu karena jarang bertemu 2 minggu belakang ini. Namun, memang bukan takdirnya hari ini ia mengobrol dengan Shilla. Gadis yang ia kagumi bahkan lebih dari kagum itu.


“Gapapa sih Shill….. Cuma ada yang pengen gue omongin nih sama lo” Ucap Ray menimbang-nimbang. Masih sama alasannya karena ada Cakka disitu.

“ Yaudah gue kedalem ya. Bye Shill. Ray” Ucap Cakka seketika meninggalkan mereka berdua.

“Heh, ikut gue yuk ke kantin.” Ucap Ray sambil menarik tangan Shilla.


Disisi lain, Cakka. Dari balik pintu mengamati 2 muda-mudi tadi yang ia tinggalkan begitu saja. Dengan tatapan sedikit nanar, dadanya terasa nyeri. Seperti tertusuk jarum. Namun ia tetap berusaha berfikir positif. Shilla pasti akan menjadi miliknya. Ia tersenyum berusaha melupakan kejadian tadi. Tunggu gue shill, batinnya disela senyumannya.

******************************************************************

Haiii semuaa para readers *kayaadayanbacaja *plak. haha eee by the way udah part 7 nih. cepetkan? iya awalnya doang. nanti dari part 9 sampe seterusnya jangan salahkan saya kalo ceritanya ngadet-ngadet(?) abisnya tiba-tiba kepala buntu gitu setelah buat adegan yang seru(?) *loh. 
Oiya gue cuma mau bilang, gue ganyangka ternyata ada juga mau baca:") miapa gue terharuuu. hft. makasih yaa udah nyempetin baca cerita tak terarah ini. hehe sama gue juga mau minta maaf nih, kemaren di part 6 banyak sekali typo tijel gituuh-__- maafkan saya pak bu. 
 Oiya, hari ini 18 Agustus kaaan.... gue mau ngucapin Happy Birthday Cakka Kawekas Nuraga;) pinjem namanya ya mas kka buat cerita ini. Samaa buat yang muslim besokkan lebaran tuh -insaAllah- jadi, gue mau minta maaf sama kalian semua. Gue tau gue gapunya salah *loh-__- haha candaa guys.
baru sadar daritadi oiya oiya mulu haha. Eh sekali lagi makasih yaa buat yang udah mau bacaa. ayo dong komentar anda sangat dibutuhkaaan. Bisa lewat twitter koo @ishmahalyz atau Facebook juga boleh FB: Ishmah Alya Z . tapi maafkan saya yang komen lewat Facebook bisa sebulan sekali saya jawabnya. hehe atau add Y!M: ishmahalyaz@yahoo.com atau atau Gtalk: ishmahfathan@gmail.com juga silaahkaan tapi saya benar-benar butuh komentar kaliaan mbabroo:')

Okesip cukup sudah............ terimakasih sekali lagi buat yag udah mau baca cerita beralur tijel ini. Sekalian dong kasih tau temen-temen kalian buat baca jugaa biar makin banyak peminatnya, nanti eke lebih semangat nulisnya;;) 

salam hangat *eeaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar