Minggu, 26 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 8


If you love someone. Don’t be afraid to tell him. Because, your risk if him go with someone else.


Ray menarik tangan Shilla hingga duduk disalah satu bangku kantin. Ray memesan beberapa minuman dan makanan. Padahal baru saja terdengar bel masuk. Tapi Ray tidak peduli, sepertinya memang ada hal penting yang ingin ia bicarakan. Shilla sendiri merasa sedikit risih, karena memang hanya ada mereka berdua disana, ya tentunya dengan penjaga-penjaga kantin. Bagi Shilla keluar saat jam pelajaran bukan hal yang menegangkan, secara Shilla anak pemilik saham terbesar sekolah ini. Walaupun ayahnya tak secara langsung memimpin sekolah ini, karena yaa kalian taulah bagaimana sibuknya ke dua orang tua Shilla di Paris.


“Ray udah bel niih masuk yukk” Rengek Shilla ketika Ray menghampirinya dengan membawa 2 mangkuk bubur ayam kegemaran siswa-siswi BCIJHS.

“Kenapa? Lo takut dihukum? Yaelah anak pemilik saham terbesar ko takut? Siapa yang berani ngehukum lo?” jawab Ray santai yang membuat air muka Shilla berubah. Seperti biasanya, Shilla tak suka ada yang membawa-bawa jabatan ayahnya. “Gue yang anak pemilik sisa saham sekolah ini aja…………….” Ray melanjutkan ucapannya tanpa melihat kearah Shilla lalu sejurus menutup mulutnya sendiri ketika belum menuntaskan ucapannya. Ia tersadar bahwa ia telah mengucapkan yang seharusnya tak ia ucapkan.

“Lo……. Anaknya om Duta?” Ucap Shilla dengan mulut setengah ternganga tak percaya.

“ha? Eh. Emm.” Ray menggantungkan ucapannya lalu segera mengangguk menyadari wajah Shilla belum juga berubah.

“HAAA! Tertanya selama ini lo ngatain gue ternyata lo juga anak pemilik saham!” Ucap Shilla sedikit kesal tetapi dengan nada bercanda.

“Tapi gedean saham bokap lo kali” Ucap Ray.

“Eh sama aja intinya lo anak pemilik saham juga!”

“Ashilla! Raynald! Kalian sedang apa disini? tidak dengar bel?” ucap salah satu guru yang memang sudah biasa bertugas mengechek kantin pada saat jam pelajaraan.

“ga” ucap Ray santai. Guru itu hanya menggeleng, ia tau mau semarah apapun ia pada Ray pasti tidak akan ada gunanya. Ray adalah anak yang sangat keras kepala. Entah apa yang menyebabkannya begitu. Yang pasti tidak ada satu gurupun yang berani membentaknya. Pantas saja, Ray tak pernah takut bermain handphone atau gadged lainnya ketika ada guru yang sedang mengajar dikelas. Ray ini, batin Shilla.

“Maaf pak, saya dengar ko. Saya kekelas dulu pak. Permisi” Ucap Shilla buru-buru, dan seperti biasanya disetai senyum ramahnya lalu menarik tangan Ray secara paksa untuk beranjak dari tempat mereka sekarag.

“Shill…… sakit ih aw!” Ucap Ray menarik tangannya dari genggaman tangan Shilla ketika mereka sudah berada didepan elevator yang berada di gedung kelas mereka.

“Ih, lagian sih! Lo gasopan tau. Mau gimanapun pak Ran tetep guru kita. Lebih tua dari kita.” Ucap Shilla melipatkan kedua tangannya didadanya sambil memajukan bibirnya.

“HAHAHA” bukannya menjawab ucapan Shilla, Ray malah tertawa. Shilla menggeleng lalu menuju elevator tanpa memperdulikan tawa Ray. Ray yang menyadari perubahan wajah Shilla mengejarnya dan meminta maaf.


Begitulah kedekatan Shilla dengan Ray, mereka memang baru-baru ini dekat. Tapi mereka berdua sama-sama merasa nyaman. Apalagi Shilla, akhir-akhir ini sahabat-sahabatnya memiliki kesibukan masing-masing. Ify, mempersiapkan lomba. Zahra, entahlah suka menghilang tiba-tiba yang kemudian disusul Agni. Sivia sendiri akhir-akhir ini terlihat sedikit menjauhi Shilla. Begitu juga dengan Ray, yang tidak terlalu memiliki banyak teman di sekolah ini. Ray tidak suka dengan sikap sebagian siswa yang terlalu berlebihan, atau yang pendiam sekalipun. Tapi Shilla, menurut Ray ia sangat berbeda.


*******************************************************************


Hari demi hari kujalani, dengan -tanpa kusadari- sebuah pengharapan. Harapan yang selalu berputar dikepalaku, harapan akan bahagia bersamamu.


Hari ini hari Minggu, seperti pelajar biasanya Shilla sedikit malas untuk bangun pagi. Lagipula hari ini memang tak ada jadwal apapun. Shilla ingin seharian beristirahat dirumah saja. Ia sudah memberi tahukan omma beserta pelayan-pelayan yang ada dirumahnya untuk tidak mengganggunya seharian ini, untuk sarapan atau makan siang sekalipun. Ia benar-benar tak ingin diganggu dulu hari ini, ia ingin istirahat. Fikirannya terlalu lelah belakangan ini.


Pukul 10.15, Shilla baru saja membuka matanya perlahan demi perlahan. Bagus tak ada yang membangunkannya, berarti omma dan pelayan-pelayannya mengerti keadaannya. Shilla duduk di ranjangnya sambil merenggangkan otot-ototnya. Rasanya sangat lega, akhirnya ia dapat beristirahat juga. Akhir-akhir ini ia memang kurang tidur. Entah karena apa, yang pasti setiap malam, ketika ia ingin memejamkan matanya selalu saja sangat sulit, mungkin karena otaknya masih berfikir, yang tak jelas memikirkan apa.


Shilla berpindah posisi ke sisi kanan ranjangnya yang tak terlalu jauh dari kulkas mini yang ada dikamarnya lalu mulai berjalan perlahan kearahnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana, seperti biasanya Shilla mengambil sekaleng susu dingin kesukaannya rasa coklat pastinya. Ia duduk di sofa yang memang berada dikamarnya. Terlarut dalam kenikmatan rasa susu kaleng kesukaannya itu.


Shilla menaruh susu kaleng itu di meja kaca didepan sofanya, lalu ia bersandar pada belakang sofa empuknya. Ia meregangkan otot-ototnya sekali lagi. Beberapa bulan ini, ia banyak megalami hal-hal baru, yang tak pernah ia duga selama ini. Oh ya, dia baru ingat kalau hari ini Ify sedang berlomba pramuka dan juga Cakka pastinya. Entah mengapa fikirannya berlari kearah sana. Ify, Cakka. dua orang yang ikut serta mewarnai harinya juga.


Shilla terdiam sebetar, seperti menimbang-nimbang. Lalu mengambil susu kalengnya dan berjalan kearah nakas kecil tempat ia menaruh handphonenya dan mengambilnya lalu duduk di sisi ranjangnya. Entah apa yang membuat Shilla mendekat dan mengambil handphoenya, yang pasti di Handphonenya itu terdapat 2 pesan masuk. Dari… Ify dan juga dari Cakka ternyata.


From: Ify Alyssa

Chillaaaa…… Do’ain lomba gue yaa supaya sukses. Love you;)


From: Cakka Nuraga

Hai Shill, minta do’anya ya buat lomba pertama gue di BCIJHS. Thankyou:)


2 pesan berbeda dari orang yang berbeda juga, tapi yang mempunyai inti yang sama. Shilla tersenyum. Ternyata Cakka masih mengigatnya. Tapi, ada sesuatu yag janggal pula yang ia rasakan. Perbedaan waktu pesan Cakka dan Ify hanya sekitar 2 menit. Entahlah, apa yang membuat Shilla merasa seperti ini. Apa ia cemburu? Tidak tidak. Masa ia harus cemburu pada sahabat lamanya sendiri. Shilla mengenal Ify, Ify tak pernah menyakiti hatinya. Ify selalu mengalah kepada Shilla. Shilla yakin betul akan hal itu.


Tiba tiba. Drrtt drrtt.. Handphone yang sedang ia genggam itu bergetar dua kali. Menandakan sebuah pesan masuk. Dari….. Ray rupanya. Tau dari mana ia nomor Shilla? Hah.. entahlah anak ini memang aneh.


From: 087889699***

Woy, Shill. Lg dirmh ga lo? Kmrnkan gue gajadi cerita tuh. Skrng gue mau cerita -Ray


To: Ray Prasetya

Ada. Tp gue lg mls keluar ray. Bsk aja. Jam pertama di tmn belakang.


From: Ray Prasetya

Yaudhdeh. Tmn belakang? Yg sepi bgt itu? tumben lo mau keluar jam pljrn?


To: Ray Prasetya

Iya. Bnyk omong lo ah. Mau ga?


From: Ray Prasetya

Iye iye. Yaudh bsk ya!


Shilla menaruh kembali Handphonenya di nakas kecilnya beserta susu kaleng yang sedari tadi masih ia pegang di tangan kirinya. Ia kembali berbaring diranjangnya. Ia memejamkan matanya, lalu sejurus membuka kembali kedua kelopak matanya. Huh…. Apa-apaan? Mengapa harus ada bayangan ka Arel? Apakah Shilla merindukan ka Arel? Atau…. Ini pertanda ia akan segera bertemu ka Arel? Ha? Mengapa ia berfikiran seperti itu. Ah tak taulah. Shilla mencoba memejamkan matanya kembali, tetap saja bayangan ka Arel yang ia temukan. Shilla memutuskan untuk tidak memejamkan matanya, ia duduk bersender pada kepala ranjangnya.


Ia tak munafik, ia memang sedang merindukan ka Arel, mungkin sangat merindukan bocah kecil yang tampan itu. yang selalu dapat membuat Shilla merasa tenang apabila sudah berada didekat ka Arel, membuat Shilla tak bisa berhenti tersenyum. Ka Arel….. apakah ia sedang merindukan Shilla juga? Atau mungkin ia malah sedang bahagia bersama perempuan lain?


Shilla juga tak munafik, ia benar-benar jatuh cinta dengan Cakka sekarang. Laki-laki itu, yang secara tak langsung selalu melukis lengkungan bulan sabit di bibir mungil Shilla. Membuat warna tomat matang berpindah kepipi mulus Shilla. Ya, Cakka. Tapi menurut Shilla, Cakka tetap Cakka takkan bisa berubah seperti sosok ka Arel.


Aku benci ini, aku benci dilema. Batinnya mengerang.


*


Aku rindu, rindu tawamu yang ‘dulu’ selalu mewarnai hariku.

 Kini ku tak tau pasti kau berada dimana.

Akankah ditempat berbeda kau juga sama denganku?

Merindukan aku? Merindukan kita?


 Di jam yang sama, namun tempat berbeda. Gabriel duduk di Sofa ruang tamu rumahnya. Membiarkan gadgetnya menyala tanpa ia sentuh sekalipun. Ia sedang terlarut dalam fikirannya. Matanya menerawang jauh. Apa? Bukan bukan. Tapi Siapa? Ya. Siapa yang sedang ada difikirannya sekarang?  Siapa lagi kalau bukan gadis mungil itu. Chilla, akhir-akhir ini Chilla sering sekali berputar diotaknya. Nama itu, suara manjanya, wajah mugilnya, tatapan teduhnya. Gabriel merindukannya.


“Rel? Arel?” sebuah suara mengagetkannya.

“Ha? Iya ma?” jawab Gabriel terkejut, ya mamanya lah pemilik suara itu.

“itu daritadi handphone kamu bunyi juga. Kamu lagi mikirin apa sayang?” Tanya mamanya lalu duduk disebelah Gabriel.

“oh iya. Hehe” jawab Gabriel lalu mengambil handphonenya yang ia letakan di meja didepa sofa. Sedikit terkejut melihat beberapa miscall dari satu nomor yang sama ya, Zahra.

“Rel? kamu kenapa?” Tanya mamanya karena pertanyaannya belum dijawab tadi.

“Arel gapapa ko ma.”

“Cerita aja sama mama rel”

“Mama ingat Chilla?” Tanya Gabriel menimbang-nimbang.

“Chilla… mm.. oh ya mama ingat. Kenapa? Kamu sudah bertemu dengannya?”

Gabriel tak menjawab. Ia hanya membalas dengan gelengan kepala.

“Kamu rindu Chilla?”

“Maybe” jawab Gabriel mengangkat kedua bahunya.

“Mama tau pasti sangat sulit. Tapi bagaimanapun juga kamu punya masa depan Rel. Mama ganyuruh kamu lupain Chilla. Tapii…. Berhentilah menengok kebelakang rel.” Ucap Mama Gabriel lalu bangkit dan menepuk-nepuk pangkal kepala Gabriel dengan lembut.


*


Mengapa ketika aku mendekat rasanya semakin menjauh? Apa kau tak merasakan itu? sungguh menyakitkan.


Masih dihari yang sama, hanya saja diwaktu yang berbeda dan juga ditempat yang berbeda.


“Kka? Are you okay?” Tanya Ify bingung melihat keadaan Cakka yang hanya diam saja sedari awal mereka mulai memasuki jam istirahat.

“ha? Gapapa ko.” Jawab Cakka sedikit terbata.

“Bejat, bejat. Lo temenan sama gue udah hampir satu semester kali. Lo gabisa boongin gue”

“gue beneran gapapa fy” Jawab Cakka ditambahi senyum yang sedikit dipaksakan.

“Chilla lagi?” Ify tetap saja bertanya. Rasa penasarannya sudah sampai puncak ubun-ubunnya. Kalo kata anak jaman sekarang semacam kepo gitu deh.


Cakka tak menjawab, ia hanya mengangkat bahu.


“Yaudah kalo gamau cerita gue kesana dulu ya jat. Kalo udah mau cerita gue siap kapanpun byeee” Ucap Ify lalu pergi meninggalkan Cakka.


Coba aja Shilla seperti itu terhadapnya, batinnya.


Entah mengapa Cakka akhir-akhir ini merasa dadanya sering terasa nyeri sendiri. Apalagi melihat kedekatan Ray dengan Shilla. Memangsih Cakka sendiri tau bahwa Ray memang baru akhir-akhir ini saja dekat dengan Shilla. Tapi? Tak ada yang salah bukan kalau Cakka berasumsi seperti itu? toh banyak orang yang jatuh cinta hanya dari pandangan pertama. Ya, seperti dirinya.


Apalagi kerenggangan hubungan perteman Shilla dan Cakka yang entah disebabkan oleh apa. Itu membuat Cakka benar-benar hampir putus asa. Kalau saja tidak ada Ify yang menyemangatinya mungkin Cakka sudah menyerah. Payah sekali Cakka ini. Huh.


Entahlah, Cakka sendiri bukan tipe cowo yang-mudah-putus-asa-deketin-cewe tapi hanya saja, ia selalu merasa tak yakin bisa mendapatka hati Shilla semudah ia mendapatkan hati cewe-cewe lain.


Tapi hatinya sudah bertekad untuk menjadikan Shilla miliknya, biarlah kalau Shilla tak bisa membalas cintanya nanti ia takkan mengusik Shilla lagi. Walau ia yakin hatinya akan bertolak belaang dengan fikirannya.


**************************************************************

PART 9

Jumat, 17 Agustus 2012

Rahasia Cinta Part 7


Cinta takkan bisa ku atur kepada siapa ia akan memihak, kepada siapa ia akan tunduk, bahkan kepada siapa ia akan menjauh. Tapi cintaku, aku yakin tanpa kusuruhpun akan bersingkur dihadapanmu. Aku tak pernah bisa menolak pesona mu. Terlalu indah untuk ditepis. Tapi entahlah, otakku tak bisa berfikir secara jernih. Ia selalu bertolak belakang dengan hatiku. Aku benci, aku benci dilema.


Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berblazer BCIJHS segera berhamburan keluar kelas dengan memakan waktu tak sampai semenit kantin sudah penuh dengan gerombolan murid-murid yang ingin memanjakan dirinya setelah belajar beberapa jam tersebut.

“Shill….. kantin?” Tanya Sivia.

 Tak terdengar jawabannya. Hanya saja kepalanya menggeleng lalu disertai senyum.

 “Yaudah kita duluan. Bye Shill” kata Agni seraya pergi meninggalkan Shilla dikelas.


Setiap jam istirahat seperti ini memang kelas selalu sepi. Karena mungkin murid-murid ingin menghela nafas lebih banyak daripada dikelas. Shilla masih duduk di bangkunya sambil menyenderkan tubuhnya. Entah apa yang difikirannya. Arelkah…… atau Cakkakaah… entahlah. Shilla lebih terlihat seperti orang yang sudah kehilangan harapan hidupnya. Ya, bisa dibilang seperti itu. ia hanya menghela nafas berulang-ulang. Memejamkan matanya dan larut dalam kebimbangan hatinya.


“Eh anak pemiliksaham terbesar disekolah ini! Gakekantin lo?” tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengagetkan Shilla. Membuyarkan lamunannya. Dan memaksakan matanya untuk terbuka.

“DIEM LO! BUKAN URUSAN LO!” bentak Shilla. Ia memang paling tak suka bila ada seseorang yang mengungkit masalah-kepemilikan-saham-terbesar-ayahnya. Rasanya ingin ia masukan sesuatu kemulut orang yang membicarakan itu.

 Laki-laki itu tak menjawab. Wajahnya terlihat acuh tak acuh. Tak memperdulikan bentakan Shilla tadi. “gausah sewot kali. Emang gitu kenyataannya” jawab laki-laki itu santai.

“TAPI GUE GASUKA!” bentak Shilla lagi. Kesabarannya benar-benar sudah terkuras. Fikirannya yang sekarang entah sedang berada dimana juga menjadi salah satu penyebab kemarahannya mungkin.

“yaudah. Gue. Minta. Maaf. Ya. Anak. Pemilik. Saham. Terbesar. Sekolah. Ini” Jawab laki-laki itu tak kalah acuhnya dengan ucapannya sedari tadi. Hanya saja pada ucapannya kali ini dia lebih menenkankan kata per katanya.


Shilla tak menjawab, ia hanya menghela nafas panjang lalu memejamkan matanya lagi diatas kedua telapak tangannya. Ia benar-benar lelah. Apabila ia terus menanggapi ocehan laki-laki ini bisa-bisa asmanya kambuh.


Tiba-tiba Shilla merasakan dadanya teramat sakit. Seperti ditekan oleh suatu benda yang teramat berat. Ia menghela nafas berkali-kali. Tapi tetap saja hanya nafas pendek yang ia rasakan. Dadanya semakin terasa sakit. Ia mendongak keatas sambil memegangi dadanya lalu mencoba menarik nafas sepanjang mungkin. tetap saja sia-sia. Nafasnya tetap terengah-engah. Laki-laki tadi yang menyadari perubahan pada Shilla langsung menghampiri Shilla dan memerhatikan gadis itu.

“Eh lo kenapa?” Tanya laki-laki itu panic. Sambil bingung harus melakukan apa.

Shilla terus memeganggi dadanya. Ia masih mencoba bernafas sewajarnya tetap saja sia-sia.  “dhada ghhuee shakhitt.. hhh hh” Ucap Shilla dengan sebisanya.

“Lo…. Lo… lo asma? Mana obat lo? Mana inhaler lo?” Tanya laki-laki dengan raut wajah yang terlihat amat sangat panic. Bagaimana tidak, ia tak pernah menangani orang sakit asma seperti ini sebelumnya.

“khayhaanyahh dhii tashh ghueehh.. hh hhh”


Laki-laki itu langsung meminggirkan Shilla sedikit dan dengan secepat mungkin mengambil inhaler milik Shilla. Ketika ia sudah menggenggam inhaler itu, ia segera memberikannya kepada Shilla. Tak lama kemudian Shilla sudah bisa bernafas dengan normal dengan bantuan inhaler tersebut. Meski dadanya masih terasa menyesakkan.

“Gimana lo udah baikan kan?”

“Udahhh koo.. hhh”

“Sorry Shill. Gara-gara gue buat lo marah ya?” Tanya laki-laki itu dengan nada teramat bersalah.

“engga koo.. bukan gara-gara lo Ray.” Jawab Shilla sambil mencari posisi duduk yang pas. Ya, laki-laki itu Ray. Laki-laki yang sedari tadi pagi membuat Shilla kesal tapi telah menolongnya juga sekarang.

“terus kenapa? Emm… ada masalah ya lo? Dari tadi pagi murung banget kayanya”


Shilla hanya tersenyum lalu meletakkan kembali inhalernya ke dalam tasnya.


“Ye ditanya malah senyam senyum”

“emmm….. ngga ko. Lagipula kalo gue certain juga lo gabakal ngerti”

“it’s oke kalo gamau cerita. Gue gamaksa. Asal lo gakaya tadi aja didepan gue. Gue panic tau ngga!”


Shilla tersenyum kembali. Hatinya terasa tenang. Entah mengapa ia merasa begitu tenang karena mengobrol dengan laki-laki teman sekelasnya yang sudah bikin ia kesal daritadi pagi ini. Perasaannya menjadi lebih baik sekarang. Tidak seburuk tadi pastinya. “gaiklas ya lo nolongin guenya? Haha”

“Yee bukan gituu…. Gue shock aja. Gapernah liat orang asma gue” jawab Ray yang disertai dengan senyumannya juga.

Senyumnya manis, batin Shilla. “Hahaha ya maap. Lagian lo jugaa bikin gue marah-marah tadiii. Bweekk” Ucap Shilla lalu ditambahkan dengan memeletkan lidahnya. Ia terihat amat manja. Entah mengapa ia ingin melakukannya.


Ray tertawa lalu segera bernjak keluar kelas. Entah mengapa ia merasa jantungnya berdetak keras ketika melihat senyum Shilla tadi. Seperti merasakan sesuatu. Gejolak apakah yang baru ia rasakan? Tidak-tidak, ia langsung membuang fikiran aneh itu secepatnya.


“Shill?” tak lama setalah Ray telah menghilang dari kelas beberapa temannya memasuki kelas seperti terlihat tergesa-gesa.

 “lo gapapakan?” Tanya Sivia

“Iya Shill? Lo udah sehatkan?” Lanjut Agni

“Udah gapapa kan Shill? Mana yang sakit?” Timpal Zahra.

“Hei apaandeh kalian ini?” jawab Shilla yang terlihat baik-baik saja dengan raut wajah bingung.

“Eh lo gapapa? Wah kita diboongin sama Ray dong………” Ucap Agni gemas

“Hhaha iya gue gapapa. Tapi si Ray gaboong juga ko dia” Jawab Shilla apa adanya.

“jadi, tadi asma lo beneran kambuh?” Tanya Sivia


Shilla hanya mengangguk, membenarkan pertanyaan Sivia.


“Terus?” jawab Zahra penasaran.

“Yaudah si Ray nolongin gue. Soalnya diasih yang bikin gue ngomel-ngomel sampe asma gue kambuh gitu” jelas Shilla

“mmm…. Asma lo kambuh bukan karena ngomel-ngomel doang kan Shill?” Tanya Sivia.

“Gatau. Yang pasti sekarang gue lagi cape banget hehe”

“Oh yaudah istirahat aja gih” Ucap Zahra penuh perhatian.


*


Hari ini berjalan amat cepat, semua murid-murid Bunga Cendikia Internasional School telah meninggalkan sekolah mereka satu persatu. Seperti biasanya. Kecuali anak-anak yang mengikuti ekskul Pramuka itu. Mereka masih harus berlatih keras karena lusa mereka sudah harus bertempur di medan perperangan mereka, ya. Yaitu tempat perlombaan mereka.


Pukul 13.30 seperti biasanya mereka akan diberi waktu untuk istirahat selama 20menit. Seperti biasanya pula, Cakka dan Ify akan mengobrol berdua di kursi panjang yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat mereka latihan. Cakka memang tak suka ke kantin, entah karena apa. Yang pasti ia kana selalu memberikan alasan karena kantin ramai atau karena tempat ia biasa membeli makanan sudah tutup sejak bubaran murid-murid lain tadi. Yang pasti Cakka selalu menolak apabila ada yang mengajaknya untuk sekedar nongkrong di kantin. Ia lebih menyukai duduk disini dan mengobrol bersama Ify.

“Jadi gimana?” Tanya Ify pada Cakka yang sedang menenggak air dari dalam botolnya.

“Uhuukk Uhuukk” Bukannya menjawab Cakka malah tersendak. Ify ikutan diam hanya merespon dengan gelengan kepala.

“Gue juga belum tau fy. Gue bingung” Jawab Cakka melihat respon Ify.

“Hhh Jat lo jangan gitu dong. Kalo lo emang suka, jangan pesimis! Gue yakin Shilla pasti bisa kasih lo kesempatan!” hibur Ify. Lagipula Ify juga sudah lelah melihat Shilla yang terus terpaku pada masa lalunya.

“Sekarang gue mau focus ke lomba dulu fy. Mungkin….. nanti setelah lomba”

“Okeee itu sih terserah lo. Tapi yang pasti lo gaboleh nyerah! “

“Thank Fy. Mmm, baytheway lo suka ya sama Dev….” Ucap Cakka terhenti ketika Ify mencubit lengannya, kemudia mengarahkan dagunya kesegerombolan anak-anak pramuka yang baru kembali dari kantin.


Cakka terdiam. Lalu Ify mengangguk menjawab pertanyaan Cakka. “Berarti bener?” Tanya Cakka kemudian.


“Emang lo tau darimana?” ucap Ify yang bukannya menjawab malah balik bertanya.

“mata lo.”

“Boong” Ucap Ify sambil mengerutkan kening.

“emang. Haha gue tau dari obrolan lo sama Shilla yang duluuuuu banget”

“Yeeh… galucu tauuu” Ucap Ify sambil memutar bola matanya.


*


Jujur. Dan. Katakan. Jika. Kamu. Tak. Pernah. Ingin. Kehilangan. Dia.


Pagi ini Shilla terlihat lebih semangat dari biasanya. Ia sudah berada didepan gerbang sekolah pukul 6.30. Shilla mengamati sekekeling sekolah elit yang masih terlihat sepi itu. Lalu ia segera masuk kedalam kelasnya yang baru terlihat beberapa orang disana. Salah satunya adalah Ray. Seseorang yang membantunya kemarin. Ternyata dia juga sudah datang, batin Shilla.


“Hoy anak pemilik saham terbesar sekolah ini. Udah datang? Tumben.” Ucap Ray santai

“Shut Up!” Omel Shilla pada Ray. Walau tak membentak seperti kemarin.

“Haha iya iya becanda kalii”


Shilla tak menjawab. Hanya saja ia memutar bola matanya lalu beranjak keluar kelas setelah menaruh tasnya didalam loker mejanya.


Shilla terdiam di balkon kelasnya. Ia hanya tersenyum sedari tadi. Entah mengapa rasanya ia ingin tersenyum. Saat ia sedang asik terbang bermain dengan fikirannya yang melukiskan lengkungan indah di bibirnya itu tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara yang tak asing baginya. Cakka. Laki-laki yang beberapa bulan terakhir ini terus bersarang dikepalanya.

“Hai Shilla” Sapa Cakka.

“Hai kka” Balas Shilla singkat. Menutupi kegugupannya.

“tumben gamanggil gue bejat? Udah tobat ya? Haha”

“Yeee yaudaah Hai B.E.J.A.T” ucap Shilla yang disertai penekanan pada kata ‘bejat’


Cakka tak menjawab hanya saja ia terkekeh. Lalu berdiri tepat disamping Shilla. Saat itu juga jantung Shilla serasa berdetak melebehi kecepatan seharusnya. Suhu tubuhnya meningkat tetapi suhu disekitarnya menurun. Perlahan peluh mulai turun dari wajahnya sedikit demi sedikit. Rasanya ia seperti maling yang baru saja kepergok. Duh, kenapasih ini?, batinnya mengerang. Ia hanya bisa memejamkan mata mencoba untuk kembali tenang menarik nafas sebisanya agar tidak terlihat aneh didepan Cakka.


Begitu juga dengan Cakka. Ia benar-benar sudah menyiapkan mental sebaik-baiknya dari tadi sejak ia masih dirumah agar bisa sekedar mengobrol dengan Shilla sekarang. Cakka tersenyum mendengar respon Shilla tadi. Ia masih saja menjadi Shilla yang dulu, walau sudah agak lama mereka tak saling mengobrol. Sebenarnya ini ide Ify. Untuk sekedar menyakinkan bahwa gejolak yang berada di hati Cakka akhir-akhir ini memang gejolak yang telah ia duga. Cinta.


Walau Cakka sudah mempersiapkan mentalnya masih saja ia merasa gugup berada disamping gadis ini. Gadis yang ia suka karena sikap apa adanya. Entah sejak kapan Cakka mulai merasa nyaman berada disebelah gadis ini. Yang pasti ketika gadis ini sedang menahan sakit, hatinya pasti akan turut merasakan. Cakka sendiri bingung, sebenarnya sejak tadi dirumah sampai kesekolah dia sudah menyiapkan beberapa obrolan. Tapi mengapa sekarang ia malah menjadi diam seperti ini.

“Ga dispensasi?” Tanya Shilla membuyarkan lamunan Cakka.

“Ha? Eh engga. Kan besok udah lomba jadi hari ini istirahat. Mungkin nanti sore baru ngumpul lagi”

“Oo”

“SHILLAAA” panggil seseorang yang akhir-akhir ini melukiskan tawa di bibir Shilla.


Shilla memalingkan wajah ke arah seseorang yang memanggilnya tadi. “kenapaa Ray?” Tanya Shilla pada Ray. Yap. Ray lah yang belakangan ini membuat Shilla tertawa lepas.

“Eh ada Cakka. Hay bro.. Gapapa Shill manggil doang hehe maaf ganggu” jawab Ray merasa tidak enak mengganggu obrolan Cakka dengan Shilla.

“ eh Ray.” Ucap Cakka singkat disertai senyum.

“Apaansih lo Ray. Ganggu apaan orang galagi ngapa-ngapain.”


Sial. Batin Cakka. mengapa mereka harus dipisahkan? Padahal Cakka ingin berbicara banyak dengan Shilla. Hanya sekedar melepas rindu karena jarang bertemu 2 minggu belakang ini. Namun, memang bukan takdirnya hari ini ia mengobrol dengan Shilla. Gadis yang ia kagumi bahkan lebih dari kagum itu.


“Gapapa sih Shill….. Cuma ada yang pengen gue omongin nih sama lo” Ucap Ray menimbang-nimbang. Masih sama alasannya karena ada Cakka disitu.

“ Yaudah gue kedalem ya. Bye Shill. Ray” Ucap Cakka seketika meninggalkan mereka berdua.

“Heh, ikut gue yuk ke kantin.” Ucap Ray sambil menarik tangan Shilla.


Disisi lain, Cakka. Dari balik pintu mengamati 2 muda-mudi tadi yang ia tinggalkan begitu saja. Dengan tatapan sedikit nanar, dadanya terasa nyeri. Seperti tertusuk jarum. Namun ia tetap berusaha berfikir positif. Shilla pasti akan menjadi miliknya. Ia tersenyum berusaha melupakan kejadian tadi. Tunggu gue shill, batinnya disela senyumannya.

******************************************************************

Haiii semuaa para readers *kayaadayanbacaja *plak. haha eee by the way udah part 7 nih. cepetkan? iya awalnya doang. nanti dari part 9 sampe seterusnya jangan salahkan saya kalo ceritanya ngadet-ngadet(?) abisnya tiba-tiba kepala buntu gitu setelah buat adegan yang seru(?) *loh. 
Oiya gue cuma mau bilang, gue ganyangka ternyata ada juga mau baca:") miapa gue terharuuu. hft. makasih yaa udah nyempetin baca cerita tak terarah ini. hehe sama gue juga mau minta maaf nih, kemaren di part 6 banyak sekali typo tijel gituuh-__- maafkan saya pak bu. 
 Oiya, hari ini 18 Agustus kaaan.... gue mau ngucapin Happy Birthday Cakka Kawekas Nuraga;) pinjem namanya ya mas kka buat cerita ini. Samaa buat yang muslim besokkan lebaran tuh -insaAllah- jadi, gue mau minta maaf sama kalian semua. Gue tau gue gapunya salah *loh-__- haha candaa guys.
baru sadar daritadi oiya oiya mulu haha. Eh sekali lagi makasih yaa buat yang udah mau bacaa. ayo dong komentar anda sangat dibutuhkaaan. Bisa lewat twitter koo @ishmahalyz atau Facebook juga boleh FB: Ishmah Alya Z . tapi maafkan saya yang komen lewat Facebook bisa sebulan sekali saya jawabnya. hehe atau add Y!M: ishmahalyaz@yahoo.com atau atau Gtalk: ishmahfathan@gmail.com juga silaahkaan tapi saya benar-benar butuh komentar kaliaan mbabroo:')

Okesip cukup sudah............ terimakasih sekali lagi buat yag udah mau baca cerita beralur tijel ini. Sekalian dong kasih tau temen-temen kalian buat baca jugaa biar makin banyak peminatnya, nanti eke lebih semangat nulisnya;;) 

salam hangat *eeaaa

Rahasia Cinta Part 6


Cintamu tak pernah bertepuk sebelah tangan, hanya saja aku yang terlalu naïf untuk membalasnya. Atau memang karena takdir yang tak pernah memihak pada kita.


Hari ini Ify tak mengikuti jam pelajaran penuh seperti biasa, karena ia harus mendapatkan dispensasi dari ekskul pramukanya.  Ya, begitu juga dengan Cakka. Setelah bell istirahat terdengar, mereka langsung bergegas menuju ke ruangan Pramuka dan berlatih yang berlangsung  sampai sore hari. Ya begitulah Ify, dari sejak SD ia sudah aktif di Pamuka SDnya yang juga menjadi SDnya Shilla.


Sebenarnya Shilla  juga ingin mengikuti ekskul tersebut, tapi selalu saja Ify melarangnya. Padahal saat ia masih duduk di bangku SD ia juga mengikuti Pramuka bersama Ify. Tapi entahlah, apa yang membuat Ify tak membolehinya. Tapi yang pasti setiap di saat Shilla mengatakan ingin mengikuti ekskul pramuka, ify lansung menjawabnya “Jangan Chill, Pramukan SMP berat. Ngga kaya SD. Lo gabakal kuat.” Ucap Ify dengan tatapan penuh kasih sayang tanpa terlihat tatapan menjatuhkan sedikitpun. Ify memang sahabat yang baik untuknya.


“gue mau dispensasi dulu ya bye semuaaa…. Jangan kangeeen” Kata Ify sambil berlari menuju bawah yang juga melambaikan tangannya.


Yang kemudian hanya di balas dengan lambaian tangan dan senyum yang terpancar dari bibir masing-masing sahabatnya.


“Enak ya jadi Ify dispensasi terus beberapa hari ini” Ucap Agni sambil menyeruput es teh manisnya yang baru ia beli.


Ya, saat ini keempat sahabat ini sedang berada di salah satu meja kantin. Setelah Ify pergi tadi mereka langsung menuju kantin.


“Enak apaansih? Lebih cape pramuka tau” Balas Sivia yang sedang melahap sedikit demi sedikit  Burger kesukaannya.

“Ya, tapi kalo emang udah jadi hobby sih gabakal ada capenya” jawab Shilla setelah menyuapkan sesendok spagettinya.

“Iya jugasih. Tapi tetep ajakan intinya cape” Ucap via.

“Iyatuh bener kalo udah hobby pasti malah demen yakan?” kata Agni membenarkan ucapan Shilla.

“Ra, lo kenapa” Tanya Shilla yang bingung dengan keadaan Zahra. Mata Zahra menerawang jauh kedalam gelas es jeruknya. Tanpa ia minum sedikitpun. Es jeruknya masih penuh, dari tadi ia hanya mengaduknya dan melihatinya.

“gausah sok peduli” tiba-tiba saja terlontar perkataan itu dari bibir Zahra dengan malas ia mengucapkan kata demi kata tersebut, entah apa yang membuatnya mengucapkan kalimat seperti itu. Sambil terus mengaduk es jeruknya dan tanpa menatap Shilla sedikitpun.


Shilla sendiri terlonjak hampir saja ia jatuh dari tempat duduknya. Untung saja ia segera mengatur keseimbangan tubuhnya. Ia tak mngerti, mengapa  Zahra sejutek itu padanya. Apa salahnya? Bukannya ia yang kemarin membantunya bermaafan dengan Sivia? Entahlah Shilla tak mengerti.


Begitu juga yang Sivia dan Agni rasakan, mereka bingung dengan sikap Zahra. Ia kemarin baru saja bermaafan dengan Sivia apa ia ingin cari ribut lagi sekarang dengan Shilla. Mungkin Zahra hanya sedang PMS, yang ada dipikiran Sivia dan Agni bersamaan.


“Shill….” Panggil Sivia.

“Iya kenapa Vi?” Jawab Shilla disertai senyum manis seperti biasanya seperti tak terbebani apapun. Terbebani ucapan Zahra tadi.

“lo masih suka sama Cakk..” tiba-tiba Shilla mencubit tangan kiri Sivia yang memang berada disebelah kanan tangan kanannya.

“Uhuukk Uhuukk” Agni terlihat terkesiap, sehingga sampai terbatuk. “Apaa? Shilla suka sama Cakka?” lanjut Agni setelah menyeruput es teh manisnya dengan asal. Ia tak salah dengar kan tadi? Pasti tidak.


Begitu juga Zahra, tiba-tiba ia mengangkat kepalanya. Lalu tak terlihat aura membosankan seperti tadi. Zahra tersenyum tipis. Kalau Shilla suka Cakka. Emm kesempatan bagus buat gue, dia gabakal merebut Gabriel dari dekapan gue, piker Zahra sambil tersenyum puas, sangat puas.


“Duh viaaaa” rengek Shilla sambil memasang wajah bete sebete betenya.

“Yaelah Shill. Mereka sahabat lo juga kali. Gapapa mereka tau” Jawab Sivia dengan santai.

“Iya Shill. Kitakan sahabat lo” kata Zahra dibarengi dengan senyum yang amat menawan.


Apa-apaan Zahra ini tadi aja jutek, sekarang?, batin Shilla. Entahlah Shilla tak terlalu memikirkan itu. Tubuhnya memanas, apalagi dibagian wajah. Terlihat pipinya seketika berubah warna menjadi merah. Shilla sekarang sudah tak bisa menyangkal apa-apa lagi. Lagipula benar juga kata Sivia lama kelamaan mereka juga akan tau apa yang ada di hatinya saat ini.


“Shill, pipi lo merah. HAHAHA” kata Agni yang disertai tawa.

“Ah masa? Engga koo. Ihh” Jawab Shilla malu-malu.


Lalu mereka tertawa bersamaan.


*


Mereka telah tersatukan oleh rasa yang sama. Hanya saja masing-masing dari mereka masih terus memendamnya tanpa harus diketahui satu sama lain. Sebenarnya cinta memang harus diutarakan. Tapi mereka lebih memilih untuk bersabar dan membiarkan takdir yang mengantarkan mereka kedalam naungan cinta.


Sesuatu yang telah terbuka akan susah untuk tertutupi kembali. Percaya, kau pasti akan menemukannya sesuai jalanmu.


Siswa-siswi Bunga Cendikia Internasional Junior High School telah meninggalkan sekolah mereka sejak setengah jam lalu. Hanya saja keadaan itu tak sedang dirasakan anggota Pramuka. Mereka masih saja terus melakukan latihan. Dua minggu lagi mereka akan mengikuti lomba tingkat SMP disuatu sekolah swasta. Mereka harus benar-benar giat berlatih untuk mempertahankan nama baik BCIJHS yang sudah terkenal pramukanya sejak dulu.


Apalagi siswa-siswi kelas 7. Mereka harus benar-benar serius menjalani latihan. Karena ini akan menjadi lomba pertama mereka. Mereka harus menjadi yang terbaik. Apabila mereka gagal, entahlah, mungkin takkan ada kepercayaan lagi pada mereka. Karena setiap anggota pramuka baru pasti selalu menjadi yang terbaik. Karena mereka benar-benar dididik dengan sungguh-sungguh oleh pengajar mereka.


Begitu juga dengan Ify dan Cakka. mereka baru saja bisa bernafas lega karena mereka telah dipersilahkan untuk istirahat selama 20menit. Waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh anggota pramuka begitu juga Cakka dan Ify. Walau hanya 20 menit tapi bagi mereka ini sudah cukup anugrah yang tak terkira saat melalukan latihan rutin seperti ini. Halah. Berlebihan, tapi mereka benar-benar bersyukur. Setelah latihan berjam-jam mereka memang sangat membutuhkan istirahat.


“kka, kantin ngga?” Tanya Deva yang diceritakan Ify tempo lalu pada Shilla. Teman ekskul Pramukanya.

“nanti aja nyusul” jawab Cakka

“Oke” jawab Deva yang langsung berhambur ke kantin.

“bejaat, ngga ke kantin lo?” Tanya Ify yang baru sampai ditempat Cakka duduk.

“Ngga. Males rame sm anak pramuka. Lagian tempat langganan gue udah tutup jam segini” jawab Cakka panjang lebar sambil menyekah keringatnya yang terus mengucur daritadi.

“Nih minum.” Kata Ify menyodorkan sebotol minuman dingin.

“Thank” jawab Cakka sambil mengambil botol yang Ify berikan tadi padanya.

“emm.. baytheway gue boleh nanya?” Tanya Ify lagi yang sekarang sudah mengambil posisi duduk disebelah Cakka.


Ify memang dekat dengan Cakka, selain karena mereka dikelas memang sudah dekat. Mereka suka mengobrol dan bercanda bersama deva jika sedang latihan. Wajarlah. Tapi Ify sama sekali tidak memiliki rasa apapun pada Cakka. Hatinya telah memihak kepada Deva lebih dulu. Walau Cakka memang tampan dan juga baik tapi Ify tak pernah merasakan sesuatu yang aneh kalau dekat dengan Cakka. Ia memang hanya nyaman menjadi sahabatnya Cakka.


“boleh. Tanya aja lagi. Kenapa harus nanya dulu?”

“yakali aja lo lagi males jawab”

“Kalo lo mau nanya soal mtk ya gue gabakal jawab. Haha mau nanya apa emang?”

“mmm Bejat.. Lo suka sama Chill eh Shilla ya?” Tanya Ify dengan sedikit keraguan. Ia takut dengan jawaban Cakka yang malah akan mencaci makinya dan bahkan tak mau bersahabat dengannya karena ke sok tauannya.

“kalo iya kenapa?” Jawab Cakka santai lalu menghadap kearah wajah Ify yang terlihat kaget dengan jawaban Cakka yang berbanding kebalik dengan fikirannya.

“Serius?”


Cakka hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. Ify yang sedari tadi terlihat kaget seketika berubah menjadi bingung. “Gue juga bingung Fy. Gue ragu” jawab Cakka melihat raut wajah Ify yang berubah.


“ragu kenapa”

“lo taukan akhir-akhir ini dia agak ngejauh dari gue? Itu yang bikin gue ragu” Jawab Cakka lalu mengahadap ketanah.

“Mmm iya sih kka, apalagi dia masih ngestuck di masa lalunya” jawab Ify seadanya. Lalu ia tersadar dan menutup mulutnya ketika melihat raut Cakka berubah menjadi tambah murung.

“jat, walaupun dia.. emm masih suka kebayang masa lalunya. Tapi gue yakin ko dengan keberadaan lo disisi dia, dia pasti cepet bisa ngelupain masa lalunya. Percaya sama gue. Dia lagi butuh penenang sekarang” lanjut Ify panjang lebar.

“Penenang?”

“Iya, akhir-akhir ini gue liat dia suka aneh. Dia suka bengong sendiri. Terus wajahnya gampang pucet. Kayanya dia lagi banyak fikiran. Tapi dia gamau cerita sama gue. Yang gue tau dia mamanya sama papanya minta dia pindah ke Paris. Tapi dianya gamau. Ya gitu deh”

“pindah ke Paris?”

“Iya. Mama papanya Chill eh Shilla kan tinggal di Paris sejak dia kelas 2 SD. Makanya dia pindah ke rumah neneknya di Jakarta dan akhirnya sekelas sama gue dari kelas 2SD sampe sekarang. Dan dia juga harus kepisah sama sahabat kecilnya. Gue rada lupa sih namanya. Soalnya dia juga gamau gue nginget-nginget lagi. Eh malah dia yang suka keinget sendiri.”

“kalo udah kebiasaan nyebut Chilla ya gapapa kali. Oh gituu.emang dulu dia tinggal dimana? Sahabat kecilnya itu co..wo?”

“Okeedeh. Chilla dulu tinggal di Bandung. Iya sahabat kecilnya dia cowo. Katanya sih udah dia anggap kakanya sendiri. Tapi gue gayakin. Itukan pas dulu”

“Oh…” Jawab Cakka manggut-manggut sedikit kecewa mendengar ucapan Ify yang terakhir.

“Tapii ya. Gue yakin sih tipe-tipe kaya lo bakal gampang dapetin hatinya dia! Semangat!” kata Ify tibaa-tiba entah dapat fikiran darimana iya mengucapkan itu.

“Thankyou fy”

“ya sama-sama. Tapi…… satuhal yang harus lo inget. Jangan pernah sakitin dia.” Ucap Ify disertai senyumnya.


*


Percayalah, hati ini hanya untukmu. Tak ada yang lain hanya kamu. Jika mulutku tidak mengutarakan namamu, aku berbohong. Aku sangat merindukanmu. Jauh didasar hati ini takkan pernah bisa menepis bayangmu.


Pagi ini Shilla bangun lebih awal. Perutnya terasa keroncongan karena ia memang belum makan semalam. Ia terlalu lelah sehingga tertidur lebih awal dari jadwal  tidur biasanya. Shilla lalu berdiri dari tempat tidurnya dan meregangkan ototnya sebentar. Lalu segera berjalan kearah kulkas mini yang terletak di pojok kamar besarnya. Mengambil sekaleng susu dingin yang telah menjadi minuman favoritenya sejak ia kecil. Dan menjadi kenangan terakhirnya dengan……………….


Dengan siapa? Ah kenapa ia seperti melupakan sesuatu begini. Shilla mengerutkan kening. Berfikir keras tentang apa yang telah ia lupakan ini. Namun tak kunjung juga ia menemukan dalam otaknya. Tiba-tiba kaki Shilla seakan-akan tanpa diperintah olehnya menuju ke sebuah meja yang terletak di sebelah meja rias tempat ia mematut bayangan anggunnya dicermin.


Sesampainya disana Shilla semakin bingung sendiri. “Duh ini gue kenapasih”  ucapnya sambil menggaruk tengkuknya tak sama sekali terasa gatal entah pada siapa. Ia terus mengedarkan pandangannya kesekitar kamarnya. Ia terpaku sebentar lalu mengerutkan kening. Pandangannya tertuju pada satu frame kesayangannya yang sengaja ia letakan di paling depan agar ia selalu bisa mengenang seseorang yang berada disebelahnya dalam foto itu.


~


Di pagi ya cerah ini sebuah keluarga kecil telah sibuk akan mempersipakan kepindahannya. Bukan. keluarga kecil ini tak akan pindah ketempat yang sama. Ayah dan Ibundanya harus berpisah dengannya. Ia akan dititipkan pada neneknya. Ia bukannya tak bisa ikut dengan kedua orang tuanya. Bahkan orang tuanya telah membujuknya. Tapi, dia yang tak ingin. Alasannya karena ia tak ingin kehilangan sahabat yang telah ia sayangi. Padahal umurnya masih belia, sekitar 7tahun.


“ma, Chilla pengen ke taman di tengah komplek dulu ya” Ucap gadis kecil yang telah bersiap untuk pergi

“Ngapain sayang? Ayo cepat bentar lagi kita sudah mau jalan” Cegah mamanya.

“Iya ma, bentar doang ko” Bujuk Shilla yang lalu dibalas hanya dengan anggukan dari mamanya.


Gadis kecil itu segera berlari menuju taman ditengah komplek. Benar saja, sudah ada bocah lain yang duduk dibangku panjang yang memang sengaja diletakan disitu.Gadis itu lalu menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal.


“Kaa hh.. hh akhhu mhhau phhindahhh” Ucap gadis itu dengan raut wajah murung ditambah nafasnya yang masih tak beraturan.

“Kamu mending istirahat dulu sebentar. Baru ngomong” Jawab bocah laki-laki dengan tatapan penuh kekhawatiran.


Gadis kecil itu lalu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dan melakukannya beberapa kali. “Aku mau pindah ka. ke Jakarta. Kata mamasih Jakarta itu jauh dari sini. Sebenernya aku gamau ninggalin ka Arel. Aku mau disini aja” kata gadis itu dengan raut sedih yang teramat dalam.


“aku ngerti ko Chill, tapi itu mungkin yang terbaik buat kamu. Aku juga gamau kehilangan kamu ko” jawab bocah laki-laki itu menenangkan sambil mengusap lembut pipi gadis kecil dihadapannya.

“Maafin aku ka” Ucap gadis kecil itu lirih.Dia hanya bisa menatap kebawah. Ia benar-benar tak ingin berpisah dengan bocah laki-laki yang sudah ia anggap kakanya itu.

“Chilla gasalah ko” Kata bocah itu menghibur gadis kecilnya.

“kaka mau ini?” kata gadis kecil itu sambil menyodorkan sekaleng susu dingin yang belum ia minum sedikitpun.

“mm boleh. Makasih ya. Chilla emang gamau?”

“ih bukannya aku gamau. Tapi aku emang bawa dua ko hehe. Sama-sama ka” Ucap gadis kecil itu sambil tersenyum bahagia. Ia benar-benar bisa merasa tenang kalau sudah ada didekat bocah ini.


Bocah itu hanya membalas dengan tawa. Seakan-akan semua takkan berakhir sampai disini. Mereka akan tetap menjaga satu sama lain dihati mereka masing-masing.


“ka Arel kita foto bareng yuk. Tadi aku ngambil kamera mama diem-diem hehe” ucap gadis kecil itu yang membuat bocah laki-laki itu selalu gemas dengan gadis ini.


Lalu gadis kecil itu memanggil salah satu orang dewasa yang kebetulan sedang ada ditaman itu juga. Dan memintanya untuk membantu ia agar bisa berfoto dengan bocah laki-laki yang ia sebut ka Arel.Sahabat kecilnya.Sahabat yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Sungguh ia takkan pernah rela seutuhnya. Ia tak mengerti apa yang ia rasakan saat ini, ia masih sangat belia untuk merasakan getaran dihatinya. Tapi memang benar-benar tak bisa dipungkiri lagi. Bahwa mereka telah terikat cinta pertama –mungkin-


~


“Loh? Ko framenya ngegeser ya. Eh ini kenapaaa? Ko ini rusak siih nyebelin!” Ucap Shilla dengan segala kebingungan yang terus menerpanya. Ia tak tau mengapa ia menjadi seperti orang linglung begini. Apa karena ini masih terlalu pagi? Ah tidak juga. Ini benar-benar aneh.


Shilla meletakan kaleng susunya yang masih tersisa kurang lebih setengah kaleng itu di meja riasnya. Ia mengambil frame yang beberapa bulan belakangan ini ia lupakan. Ya, ternyata Shilla melupakan………….. ka Arel. Kenangan masa lalunya. Ia benar-benar sudah melupakannya. Dan ini mungkin karena Cakka. orang yang belakangan ini mengalihkan perhatiannya. Orang yang selama ini menggantikan posisi Arel dihatinya.


Tapi entah mengapa ia malah merasa bersalah sekarang. Wajahnya murung ia benar-benar tak menyangka sebegini rasanya melupakan orang yang telah memberinya semangat selama ini. Walau sudah 5 tahun ia tak bertemu dengan ka Arel tapi Shilla tetap akan selalu mengingatnya. Karena ka Arellah semangat Shilla.Tapi kini ia malah melupakannya.


Shilla merasa dirinya sangat munafik, ia tak suka bila harus terus terpaku pada masa lalu. Tak pernah melangkah maju. Tapi bukan itu alasan sebenarnya mengapa ia terus begitu, ia hanya masih membutuhkan penyemangat. Tapi Shilla mengerti ia sudah tak pantas mengingat ka Arel, walaupun tak begitu yakin. Namun pikirannya kini telah egois, pikirannya mengatakan bahwa percuma ia mengingat Arel karena pasti Arel takkan pernah kembali padanya


Tiba-tiba… Ceklek…. Pintu kamar Shilla telah dibuka oleh seseorang.


“Oma?” panggil Shilla pada perempuan tua yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Shilla.

“Chill, kamu udah bangun? Kirain masih tidur. Udah jam berapatuh. Masa belum siap-siap”

Shilla menaruh frame yang masih berada ditangannya lalu melihat kearah jam dinding yang ada dikamarnya.”Ha?! jam 6?! Yaa ini mah Chilla bakalan telat lagi omaaa” rengek Shilla pada kesalahannya sendiri.

“Ya salah kamu Chilla. Sudah bangun daritadi bukannya buru-buru mandi. Itu di atas meja yang ada didepanmu susu kaleng kamu? Bekas semalam”

“Ih omaaaa… Iya ini punya Shilla. Eee engga koo baru tadi. Yaudah Chilla mandi dulu yaa. Byeee” ucap Shilla sambil memberikan kissbye pada omanya yang lalu berhambur kedalam kamar mandinya.
 
 *


Mengapa kalimat itu tak pernah bisa terucap sekalipun. Padahal hanya terdiri dari 3 kata. Aku. Cinta. Kamu. Tapi mengapa sangat sulit ku ucapkan ketika berada tepat dihadapannya. Rasanya aku hanya bisa melihatnya tanpa melakukan apa-apa. Pengecut. Mungkin. Tapi nyaliku benar-benar tak ada saat seharusnya kata itu terlontar dengan mudahnya.


Pagi ini mentari seperti tak ingin keluar dari persembunyiannya. Atau memang karena terlalu banyaknya awan-awan yang datang bergerombol. Entahlah. Shilla terus mengedarkan pandangannya jauh ke luar kaca mobilnya. Sambil terus memutar-mutar ujung roknya. Walau raganya sedang berada disana tapi pasti jiwanya sedang bermain-main jauh entah kemana.


“non udah sampe nihh. Tuh barusan aja kedengeran bel masuknya”  Ucap lelaki yang sudah terlihat agak tua yang sekarang sedang berada disamping Shilla. Yap. Supir Pribadi Shilla sejak dulu ia baru tinggal di Jakarta.

“Ha? Iya? Eh? Emm mm yaudah pak Shilla turun dulu. “ Jawab Shilla dengan raut wajah malas. Entah mengapa sejak kejadian foto frame tadi pagi ia merasa kehilangan semangatnya.


Shilla memasuki koridor utama sekolahnya dengan langkah teramat gontai. Langkahnya terasa sangat berat, ia merasa sedang dibebani oleh beberapa karung beras berukuran 1 ton. Halah. Berlebihan agaknya. Yang pasti ia benar-benar merasa lelah. Sampai ia merasa seseorang telah menyenggolnya dengan sengaja dari belakang.


“EH anak pemilik saham terbesar sekolah ini, sekarang udah jam berapa woy! Nyantai banget lo” Hardik seseorang yang tadi telah menyenggolnya.

“EH APAANSIH?!” teriak Shilla dengan sisa-sisa tenaganya.


Anak itu hanya menoleh dan mengangkat bahu lalu kembali berlari ke kelasnya yang ternyata juga kelas Shilla. Ya, dia teman sekelas Shilla daaan diaa Ray. Salah satu teman laki-laki kelasnya yang memiliki postur tubuh yang sedikit lebih kecil dari postur tubuh anak laki-laki lain dikelasnya. Shilla tak terlalu begitu dekat dengan Ray. Tapi, ia cukup mengenal Ray dan beberapa kali mengobrol bersama teman lainnya juga.


Shilla terus berjalan dengan langkah gontai hingga mencapai kelasnya. Ia mendekat kearah kursinya dan melenghempaskan tubuhnya dengan pelan. Wajahnya terlihat sedikit pucat.  Nafasnya teratur tetapi terkadang ia menarik nafas panjang. Ia sudah tak memikirkan hal yang terjadi tadi. Ia sudah terlalu malas untuk berfikir yang tidak penting. Hanya akan membuatnya tambah lelah.


“Chill? Are you fine?” Tanya Ify hati-hati.

“yes, I’m fine” Jawab Shilla singkat dengan pelan.

“ Hari ini gue kayanya Pramuka dari pagi” kata Ify lagi.

“Yaudah…”

“Sorry gabisa nemenin lo. Nanti malem kita telpon telponan aja ya?” Tanya Ify bersemangat.

“Gausah Fy. Lo pasti capek seharian latihan”

“mm…. ngga ko Shill”


Tiba-tiba terdengar suara agak keras memanggil Ify.


“IFY….. AYO CEPETAN UDAH DICARIIN TUH” teriak seseorang itu dari depan kelas, Shilla tak melihat secara pasti yang memanggil Ify. Tapi Shilla tau itu suara laki-laki dan bukan suara Cakka. entahlah, batinnya lalu memejamkan mata sebentar.

PART 7