Sabtu, 28 Juli 2012

Rahasia Cinta Part 2


Ketika kau menyadari bahwa rasa itu ada. Kau tak akan bisa menampiknya. Satu hal , Jalani saja. Perjuangkan hatinya jika kau menyadari rasa itu begitu tulus, pertahankan ia di hatimu jangan sampai ada orang lain yang mencoba untuk menerobos masuk dengan memaksa dan mengambil hatinya dari hatimu.

Beberapa hari kemudian.


Entah kenapa sejak kejadian itu Shilla lebih sering terlihat salah tingkah ketika ia Cakka Ify dan Debo bercanda tertawa bersama ketika Cakka melemparkan lelucon yang tidak terlalu lucu tapi terlihat lucu ketika cakka yang berbicara. Ada apa sebenarnya dengan dirinya. Apakah ia su…. ah tidak mungkinlah. Iakan baru mengenal Cakka dan nyaman hanya menjadi teman bercandanya Cakka. Iapun tak pernah berharap sesuatu. Berharap memiliki rasa itu. –dan mungkin juga- berharap Cakka memiliki rasa itu.


Tapi ternyata gadis itu tidak cukup peka. Mungkin karena ia juga baru merasa seperti ini baru-baru ini. Shilla mana pernah tau, dan mungkin tidak ingin tau. Walaupun ia sendiri tau bahkan dari kelas 1 SD sudah banyak teman laki-lakinya yang ingin dekat dengannya.  Tapi tanggapan Shilla sama, hanya membalas pujian bocah laki-laki itu dengan senyum manisnya dan bersedia berteman dengan semuanya. Mungkin karena ia masih terpaku dengan masa kecilnya.


Padahal  teman-teman dekat lainnya –Ify,dan Debo- menyadari sesuatu. Sesuatu yang janggal. Entah pada sikap Shilla maupun Cakka. Ketika Cakka melemparkan lelucon seperti biasanya mereka tertawa seperti biasanya pula, dengan tertawa lepas. Tapi Shilla? Ify dan Debo merasa tawanyalah yang paling terlihat menyolok. Seakan ada sesuatu, seakan hanya untuk Shillalah lelucon yang dilemparkan Cakka. Lalu saat semua sudah diam, bahkan Shilla kadang-kadang masih suka tersenyum sendiri. Entah apa yang ia fikirkan. Begitu juga dengan Cakka, ketika Shilla menimpalkan lelucon Cakka dengan apa yang ada difikirannya, semua tertawa. Tapi Cakka? Tertawa juga pastinya, tapi entah mengapa pula, tawanya selalu seakan mengisaratkan sesuatu.


Semilir angin meriuh-riuh tanpa ampun diluar sebuah ruangan, kelas VII F yang biasa penghuni dan orang-orang lain menyebutnya. Tanpa Shilla dan  Cakka sadari bahwa keduanya sama-sama meraskan hatinya terketuk, terketuk akan sebuah rasa yang sama. 


Shilla yang terketuk hatinya lebih awal hanya merespon dengan cara tidak peduli, yaa begitulah Shilla. Lebih suka merasa tidak peduli dengan apa yang ia rasakan. Tidak ingin berbagi dengan siapapun. Tanpa Shilla sadari itu akan hanya menjadi sebuah bomerang bagi dirinya. Yang kelak akan melukai hati orang lain, bahkan hatinya sendiri.


Sementara Cakka meresponnya hanya dengan senyuman, ia akan memendamnya terlebih dahulu. Mungkin si Bejat satu ini begitu panggilan akrab Shilla padanya sudah terlalu merasa lebih professional dalam hal seperti ini. Sejak SD Cakka sudah memiliki pacar yang masih bertahan sampai saat ini. Bahkan pacarnya Cakka itu adalah salah teman satu sekolahnya kini walau tidak satu kelas. Mungkin inilah hal yang membuat Cakka lebih memendam rasa itu dan bersikap sewajarnya walau sesungguhnya ia tau bahwa ‘Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga’ Begitulah kira-kira pepatah yang pantas untuknya.
Shilla masih terdiam berdiri sambil mengedarkan pandangan jauh-jauh melalui balkon kelasnya, yap. Kelas Shilla –dan teman-temanya jug pastinya- berada di lantai dua. Semilir angin riuh yang masih terus bertiup seakan menerpa wajahnya tanpa ampun. Sesekali ia menyeka anak-anak rambutnya yang membandel sesekali menutupi wajah manisnya.  Sesekali ia tersenyum, sesekali bibir kecilnya seperti merapalkan sesuatu. Alasan ia tersenyum apalagi kalau bukan gerak gerik salah tingkahnya, tubuhnya yang tiba-tiba merasa memanas, seakan darahnya mengalir lebih cepat, dan tidak lupa jantungnya yang berdetak menyalahi kecepatannya saat memompa darah saat berada di dekat pemuda tampan teman sekelasnya sekaligus teman dekatnya. Kalau gerak gerik bibirnya kecilnya itu, tentu saja karna ia menyalahi guru yang tak mengajar dikelasnya sekarang. Kemana guru itu? bukannya ia digaji untuk mengajar? Tapi..... kenapa seakan-akan angin yang terus bertiup itu menjadi alasan guru itu tidak datang, batinya.


Shilla lebih memilih berdiri mematung seperti ini daripada berada didalam kelas, percuma. Ia hanya akan mendengar suara gaduh seperti pasar yang semua pedagangnya sedang mengobral barang dagangannya. Ia merasa lebih tenang, bahkan ia bisa lebih merasakan perasaan yang tak terduga yang ia rasakan beberapa bulan terakhir ini. menyenangkan, batinnya. Shilla memang bukan anak perempuan yang pendiam, malah ia lebih terlihat hiperaktif. Apabila ia berteriak karena sedang bercanda, marah, ataupun kecewa cukup menggetarkan benda-bedan yang ada dikelasnya. Tapi saat ini ia sedang membutuhkan ketenangan. Untuk sekedar berfikir, pantaskah ia memiliki rasa itu? rasa yang menurutnya seharusnya tidak ada namun tanpa sadar ia menyukainya.


“Shillaaaaaa……………….” Teriak Sivia yang sedang berada di meja barisan pertama pertama kebelakang, barisan kedua dari samping pintu.

Shilla hanya diam.

“Woy Shill…..” panggil Sivia lagi, sekarang ia sudah berada disebelah Shilla sambil sibuk merapikan blazernya yang berlambangkan BCIJHS.

“hmm?” jawab Shilla

“SHILLAAAA……” teriak Sivia lebih keras lagi karna merasa di cuekin abis-abisan hari ini sama Shilla. Walaupun Sivia tidak semeja dengan Shilla tapi ia merasa dari tadi pagi Shilla diam saja, saat dipanggil jawabnya Cuma hmm hmm itu itu saja, saat ditanya jawabannya singkat. Seperti sudah tidak ada semangat hidup.

“What’s up vi? Kan tadi udah gue jawab” Jawab Shilla, santai

“Gila lo. Hem ham hem ham itu jawaban? Lo kenapasih? Gue Tanya cuek banget. Kalo ada sesuatu cerita kali. Lo lupa lo disini punya sahabat?” Tanya Sivia. Tepat. Shilla sedang menyembunyikan sesuatu.

Shilla menggeleng. “nothing. I’m fine. Just tired may be” katanya ‘Cape dengan keadaan, cape harus bersikap normal, seakan semuanya baik-baik saja, tidak terjadi apa-apa’ batinnya melanjutkan.

“are you sure? But I can’t see if you fine. Lo begitu terlihat aneh”
Shilla mengangguk mantap

 “yayaya whatever.” Kata Sivia lalu berjalan masuk kekelas meninggalkan Shilla sendiri.

Belum saatnya vi. Belum saatnya lo Zahra Agni Ify tau. Gue belum yakin, batinya. Kemudian Shilla tersenyum tipis.


*


Hati ini bertambah yakin, seakan tak ada lagi yang bisa menghalangi rasa itu untuk terus merasuk jiwa. Ditambah lengkungan bulan sabit yang terus terlihat dari bibirnya. Bahwa ia sangat menyukainya, menyukai kehadiran rasa itu. tanpa ia sadari, ia belum begitu mengerti apa yang akan ia rasakan selanjutnya. Sedih. Kecewa. Ia buang jauh jauh dan melupakannya. Seakan dunia ini hanya miliknya, tak akan ada yang bisa menyakitinya. Juga hatinya.

Semua yang telah terlupa seperti kembali, memberikan sejuta jawaban akan pertanyaan yang takkan pernah terjawab oleh hati. Apakah ini yang dinamakan cinta sejati yang selalu dinanti?


Pagi ini  seperti biasa, Shilla datang hampir terlambat. Sudah jadi bagian hidupnya kalau ia pasti sampai sekolah dengan waktu yang mepet. Ia juga tidak mengerti, tapi menurutnya ia sangat susah untuk berangkat lebih pagi. Pernah sih sekali-sekali, tapi besoknya ia juga kembali lagi datang hampir terlambat. Karna menurutnya ia tidak terlambat ini, hanya hampir terlambat. Lagipula ayahnya pemilik 2/3 saham sekolahnya ini. Siapa yang akan berani menghukumya?


“Shilla….” Sapa Zahra salah satu sahabat baru Shilla dengan senyum manisnya. Seperti ingin berbicara sesuatu ketika Shilla melewati tempat duduknya.

“ya?” jawab Shilla lalu berhenti tepat disamping bangku Zahra masih dengan ekspresi yang sama dengan kemarin, hanya senyum tipis yang terpancar dari bibir manisnya. Tapi dengan perubahan sedikit. Biasanya Shilla hanya akan menjawab dengan deheman seperti tidak peduli.

“mm…. nothing. “ kata Zahra singkat. Sebenarnya ia ingin bercerita sesuatu. Tapi, ia tak yakin bercerita sekarang. Zahra masih melihat wajah sendu Shilla yang kemarin, sehingga Zahra tak yakin untuk bercerita apalagi-ini-soal-perasaannya. Sedangkan ia tau perasaan Shilla sedang tidak bagus akhir-akhir ini.

~

Hari ini Zahra terpaksa pulang telat. Karna harus mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya. Tapi tidak bersama Shilla karena mereka berbeda kelompok. Sebenarnya Zahra malas, karena teman-temannya terlihat tidak ada yang peduli dengan tugas kelompok ini.

Tidak ada satupun yang mau rumahnya di jadikan tempat untuk kerja kelompok. Zahra sih sebenarnya mau-mau saja. Bahkan ia sudah menawarkan, tapi teman-temannya malah menolak dengan alasan macam-macam. Ada yang bilang terlalu jauhlah, ada yang bilang malas kalau dirumah Zahra. Yasudah akhirnya ia memberikan masukan agar disekolah saja. Akhirnya teman-temanya setuju, walau terlihat seperti mau tak mau.

“hhh.. dasar emang tu anak-anak males. Ih kenapa coba gue harus sekelompok sama mereka? Nyusahin aja bisanya. Mana gue ditinggal sendirian lagi” runtuk Zahra, berbicara sendiri.

“Nahhh. Akhirnya beres jugakan. Emang ya mending sekelompok sama si Shilla deh. Pasti dia mau bantuin walau sedikit, tapisih yang penting dia mau bantuin gue. Diakan juga pinter. Eh lagian salah gue juga sih tadi nyuruh dia pulang duluan. Tapi… diakan lagi galau gitu. Gamungkin lah gue minta tungguin” lagi-lagi Zahra berbicara sendiri

Zahra lalu menutup pintu kelas dan hendak pulang. Lalu saat ia melewati tangga, ia terdiam sebentar. Zahra seperti melihat siluet sesorang. Laki-laki dan memakai blazer berlambang BCIJHS yang sama dengannya. Ah masa ia cowo itu makhluk halus? Inikan belum malam. Hmm tapi itu kaya kaka kelas gue. Tapi ngapain disini?, batinnya.

Dengan takut-takut Zahra berjalan menghampiri laki-laki yang ia yakini adalah kaka kelasnya itu. Saat sudah dekat Zahra sangat ragu. Sapa? Tidak? Sapa? Tidak? Akhirnya ia memberanikan diri menyapanya.

“hai ka” sapa Zahra pelan.

Laki-laki itupun menoleh kebelakang, menyadari ada sesorang yang menyapanya. “hai. Kamu siapa? Ngapain jam segini masih disekolah?” Tanya laki-laki itu yang ternyata benar kaka kelasnya. Zahra seperti tidak asing dengan kaka kelasnya itu. Zahra sudah pernah melihatnya sesekali.

“emmm aku Zahra ka, anak kelas 7F. emmm aku.. aku abis kerja kelompok dikelas. Kaka sendiri?”

“Oh. gue Gabriel. Anak 8B. gue emang biasa disini sebelum pulang. Biasanya ngobrol sama temen-temen sekelas tapi, tadi mereka baru aja pulang”

“Oh gitu. Em…. Yaudah deh ka. Aku pulang duluan ya” Kata Zahra mengakhiri percakapannya. Lalu Zahra pergi.

“Hati-hati ya” kata Gabriel sedikit keras agar Zahra dapat mendengarnya

Zahra yang sudah agak jauh, Lalu memalingkan wajah kebelakang dan tersenyum kearah Gabriel. Zahra merasakan sesuatu, sepertinya ia suka dengan Gabriel. Walau tingkahnya sedikit aneh tapi Zahra sangat kagum. Dan mungkin sudah lebih dari batas kagum, batinya lalu ia terseyum kembali.

~

Shilla hanya mengangguk dan tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya menuju mejanya. Yang terlihat sudah ada Ify disana.

“Pagi Chillaaa….” Sapa Ify dengan senyum yang sangaaat lebar. Tapi menurut Shilla senyumnya berlebihan.

“Pagi. Kenapa lo fy? Pepsoden lagi murah ya? Senyumnya lebar bener” kata Shilla. Shilla tidak mau terlihat kaku seperti kemarin, karna ia tau pasti akan menambahkan kecurigaan Sivia. Bisa-bisa dia dikira depresi berat dan akan menjadi gila.

“Hehehe Gue lagi bahagia nih Chill! Bahagiaaaaa bangeeet” kata Ify yang lagi-lagi menurut Shilla terlalu berlebihan, lebay gitu deh istilah jaman sekarang mah.

“Seneng kenapa lo? Iih seneng gabagi-bagi. Awas nanti malah gila lo” ejek Shilla.

“yee.. nyebelin ah lo Chill. Mau nih gue bagi-bagi? Haha”

“yaa kalo lo gamau jadi Gila sendirimah ya bagi-bagilah.”

“em…. Gue kayanya suka sama Deva”

Shilla mengernyit “Deva mana? Setau gue dikelas ini gaada yang namanya deva”

“emang bukan dikelas ini Chillaa, dikelas sebelah. Dia anak 7E, anaknya kece. Temen ekskul pramuka gue” dengan suara lebih kecil, sengaja ia kecil-kecilkan karena Cakka juga salah satu anak pramuka dan teman SDnya Deva

“Oooh” kata Shill sambil mengangguk-ngangguk

“dia temenya si bejat satu nih. Temen SDnya. Oiyaaa jangan bilangin via agni Zahra dulu yaa pliss” sambil mengerak-gerakan dagu panjangnya kearah Cakka dan dilanjutkan dengan tatapan memohon.

Click here to read Part 3

Kamis, 19 Juli 2012

Rahasia Cinta Part 1


Tadaaaa ini cerbung buatan guee:3 judulnya rada aneh emang.......  abisnya gatauuuu-__- yoo enjoy yaa semuaa~ maaf kalo ada typo-typo yaa........ Oiya disinih couplenya emm.... baca aja dulu:p yang pasti ada Shilla, Ify, Cakka, Debo. dll ngahaha! eh jangan lupa kasih tau temen-temen kalian yang lain yaaa~ biar tambah seru nanti ceritanya *gayambung. mehehe okee..... daripada banyak basa-basi mending baca deh.... Ohiya satuhal lagi ini cerbung icil pertama yang gue post. kalo gue buat sih udah banyak. tapi hasilnya gabagus semuaaaa........... jadi, jangan ngecewain gue plisss.... buat reader cerbung gue ini banyaknya yaa:") mohon batuannya semuaaa... Oiya buat ICL salam kenal yaa! mehehe. Follow twitter guee deh yg mau tau tentang gue @ishmahalyz. oiya ditunggu commentnya. bisa di sini ataupun di twitter boleehh.. yang pasti gue butuh banget dukungan kaliaan guys! eee okidiii enjoy for reading guyssss!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Ketika kita tahu bahwa semua akan berubah. Kita bisa apa? Kita hanya bisa menantikan perubahan itu. Kita hanya bisa mengikuti kearah mana perubahan itu  berjalan. Ketika sudah terlalu jauh. Baru kita akan menegurnya, tapi dengan begitupun semua takkan bisa kembali seperti semula. Seakan-akan semua telah berlalu, kertas telah menjadi abu, batu telah menjadi pasir. Mau kita lakukan apapun tak akan pernah bisa berubah. Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Don’t forget it.


Waktu terus berjalan. Hari berganti hari dari masa hingga ke masa. Semua hal akan berubah dengan cepat tanpa seorangpun sadari. Pagi ini matahari terasa terik sekali, mungkin ia tau hari ini akan menjadi hari yang berbeda buat seorang perempuan yang tak begitu cantik tapi cukup manis dan juga untuk teman-teman beruntung yang seumuran dengannya. Tapi aku yakin, buat orang-orang lain pasti pada merasa kurang semangat. Hmmm… hari “Senin” yap! aku tahu saat aku sebut hari itu pasti semua akan terpikirkan satu kata, malas. Begitu juga perempuan tadi, dia malas. Tapi hari ini akan menjadi hari bersejarah buatnya. Hari dimana pertama kali ia akan mengenakan seragam putih biru. Yap! Mulai hari ini gadis tadi resmi menjadi murid Sekolah Menengah Pertama di salah satu sekolah ternama di kawasan Jakarta. Bunga Cendikia Internasional Junior High School namanya.


Hari ini dimulai dengan Upacara pagi seperti sekolah-sekolah lainnya lakukan. Setelah seminggu kemarin ia berusaha susah payah untuk menyelesaikan MOS (Masa Orientasi Sekolah) bersama teman-teman seperjuangannya. Berjuang untuk memulai masa –yang kata orang- indah. masa indah itu yaa saat ia mengenakan seragam putih biru itu saat ini.


Namanya adalah Ashilla Zahrantiara yang biasa dipanggil Shilla atau Chilla –nama kecil yang hanya untuk orang-orang terdekat-. Anak satu-satunya dari keluarga yang bisa dibilang lebih dari cukup ekonominya.


Upacara selesai, saatnya untuk masuk ke kelas. Memulai aktifitas sebagai murid SMP. Memasuki ruang kelas yang masih terasa asing. Wajar, baru satu Minggu kemarin Shilla menempati kelas ini. Duduk di barisan ke tiga dari depan ataupun dari belakang, intinya saat ini posisinya berada ditengah. Di sebelah bangkunya sudah terlihat teman semeja perempuan itu, Ify namanya. Gadis yang bernama lengkap Allysa Saufika Umari itu berwajah tirus. Sangat terlihat cocok mengenakan seragam putih biru dengan blazer berlambangkan CIJHS walau wajahnya terlihat lebih baby face.


Didepan mejanya bersama Ify terlihat dua cowo yang sudah tidak terlalu asing bagi Shilla. Shilla sudah melihat mereka dari pertama ia masuk ke kelas ini. kelas yang akan menjadi kelasnya sampai waktu satu tahun. Walau Shilla belum pernah kenalan dengan mereka –teman laki-lakinya tadi-.


Deg. Ada sesuatu terasa janggal di hati Shilla ketika salah satu dari mereka menengok kebelakang, kearahnya dan ify. Dia tersenyum, lalu kembali menghadap depan.


Hari ini dimulai dengan pelajaran B. Indonesia. Biasa, hanya perkenalan –yang kurang penting menurut perempuan manis itu- lalu sebelum bel pelajaran berakhir guru itu sudah menginggalkan kelas. Mungkin ia masih belum ingin memulai pelajaran. Syukur deh, batinnya.


“eheh nama lo siapa sih?” Tanya Ify pada salah satu teman cowo Shilla yang berada didepannya, bukan. Bukan pada cowo yang tadi melemparkan senyum. Tapi pada teman disebelahnya.

“gue ? siapa? Emang mau tau banget yaa?” kata cowo itu nyolot tapi penuh nada bercanda.

“dih gaya banget” sergah Shilla tiba-tiba. Entah reflek atau apa. Tiba-tiba ia ingin ikut saja berbicara dengan mereka berdua.

“dia? Nih buku tulisnya. Baca aja namanya” kata teman sebelahnya menyambar. Yap! Tepat. Dia cowo yang tadi melemparkan senyumnya pada Shilla –Ify jugasih sebenarnya-

 Ify lalu segera mengambil buku tulis itu. tapi ternyata ia kurang cepat. Buku itu sudah berada di tangan empunyanya. Ify mendesah rada kencang “hhh… yaudah kalo gamau ngasih tau. Just question! And I not need your answer” kata Ify.

“yeeeh Bejo lo parah deh baru masuk udah bikin orang marah. Cewe lagi” kata teman cowo disebelahnya.

Shilla secara reflek melongo lalu tertawa kecil. “ha? Namanya Bejo? Buseet….HAHAHA” Kata Shilla dangan teramat polos. Lalu tiba-tiba tawanya tiba-tiba meledak.

“dih ya Enggalaah. Nama gue tuh Debo bukan bejo. Ah lo kka” kata si empunya nama protes pada teman disebelahnya. Kka? Siapa namanya? Aduuh kenapa inii. Kenapa gue jadi begini, kenapa gue jadi penasaran sama sosok cowo itu, batin shilla.

“Yehahaha bodo, lagian lo gitu. Orang nanya nama aja gadikasih tau” kata cowo itu telak. Debo menyerah mengakui kesalahannya.

“Gue Ify. Dan ini sahabat gue Shilla” kata Ify singkat.

“hai Fy, hai shill. Gue Cakka” kata cowo yang tadi membuat Shilla penasaran. Oooo Cakka namanya, nama yang cukup asing ditelinganya, Batin shilla –lagi-.

Tanpa Shilla sadar ia malah senyum-senyum sendiri. Entahlah, apa maksud senyumnya. Yang pasti senyum itu cukup membuat Ify Cakka dan Debo bingung.

“Chill, lo kenapa dah? Senyam senyum sendiri. Obat lo abiss? Ha?” Tanya Ify sambil menyenggol lengan Shilla.

Sontak membuat Shilla terhenyak, lalu kembali tersadar. “ha? Apaandeh? Obat? Obat apaan? Lo sakit Fy?” kata Shilla yg bingung sendiri. Benar ternyata tadi Shilla sedang bengong dan yang pasti ia sedang memikirkan sesuatu. Yang Ify tidak tahu. Dan tidak mencoba untuk tahu.


*


Saat hati terketuk, dan mengijinkannya masuk. Tanpa kau sadari, kau telah menguncinya rapat-rapat . Tak akan membiarkan orang lain masuk dan menyingkirkannya, bahkan tak akan ada yang  mampu membuatnya keluar dan berpindah ke hati lain.


keesokan harinya.

“yaudah sih nyantai aja kali” jawab Cakka –sedikit- kesal tetapi dengan nada bercanda pada saat jam pelajaran kedua berlangsung. Kita sudah akrab. Karna kemarin kita mengobrol sangat panjang “oiya kemaren gue denger-denger Ify manggil Shilla ko Chill ?” Tanya Cakka yang malah membuat  obrolan mereka makin seru dan gamerhatiin guru  yang nerangin. Shilla sendiri sih tak peduli apa yang diomongin mereka. Ia lebih memilih untuk mendengarkan penjelasan guru didepan.

“emang Cakka mau tau banget ? haha” jawab Ify sambil cengengesan tidak jelas.

“apaansih ify.. gue gangomong sama lo yaa gue ngomongnya sama Shilla” jawab Cakka –rada- jengkel dengan jawaban Ify. Lalu menunjuk kearah gadis yang berusaha tidak peduli dan mendengarkan guru yg menerangkan.

“eh apaan nunjuk-nunjuk? Chilla? Oh itumah nama panggilan gue pas kecil, hmm tapi gue pengen sampe SD aja dipanggil gitu. Karna sekarang gue bukan anak kecil. Lagipula nama Chilla itu terlalu menyimpan banyak kenangan…”  jelas Shilla yang merasa bahwa Cakka dan Ify sedang mengobroli dirinya dan nama panggilan kecilnya kepada Cakka dan ia terlihat menunduk kebawah ketika mengucapkan kalimat terakhirnya lalu ia kembali memerhatikan guru didepan yang sedang mejelaskan.


Yap. Memang guru Agama ini rada aneh menurut Shilla. Di hari pertamanya beliau sudah mengajar. Setelah beliau berkenalan sedikit beliau langsung memberikan materi. Membosankan, batin Shilla.

“oh gituu. Kenapa dipanggilnya Chilla ? kenapa ngga Ashill ? atau Tiara mungkin. Hmm atau Ashilla yang lebih lengkap jangan jangan deh mending Zahra? Kenapa harus Chilla gaada yaambungnya sama nama panjang lo ? kenapa coba ?” Tanya Cakka panjang lebar yang malah ngebuat Ify Debo diem ngeliatin Cakka yang daritadi heboh sendiri padahal mereka tau Shilla juga tak akan peduli “eheh liatinnya pada biasa aja dong. Sorry kali kalo tadi gue terlalu heboh hehe” lanjut Cakka yang sadar bahwa daritadi Ify dan debo malah diem mendengerkan dia yang dari tadi ngomong tidak ada jeda sedikit pun.

“haha cakka cakka lo itu cowo tapi kaya cewe yaa mulutnya” kata Debo yang dari diem aja dan ngebuat mereka tertawa kecil. Tidak terkecuali Shilla. Yang malah ikutan mengobrol dengan teman barunya –kecuali Ify, karna Ify sahabat lamanya-

“eh kka. Kata lo kaan nama dia Bejo ya kemaren? Haha berarti elooo BEJAT! Yep. Haha gimana?”  Tanya Shilla yang membuat Debo tertawa agak keras namun terdengar ditahan. Iyalah, gila kali kalo dia berani tertawa keras saat ada guru mengajar.

“yeeehh enaak ajaa” kata Cakka mengelak. Tapi ternyata Ify dan Debo malah setuju kalau Cakka dipanggil bejat. Mmm.. mungkin memang rada aneh terdengar. Bejat? Ha? Itukan kata lain untuk orang yang jahat. Tapi Shilla tak peduli, dan ia malah merasa senang memberi nama itu pada Cakka.

“lo punya Facebook?” Tanya Ify pada Cakka dan Debo.

“punya. Namanya search aja Cakka sayang …..” katanya terputus. “eh cari itu ajadeh” lanjutnya

“ciyeee sayang siapa tuh?” ledek Shilla. Deg. Apa-apaan ini. Rasa janggal itu terasa lagi sekarang. Tapi Shilla mengabaikannya. Masa bodo nanti juga hilang sendiri, batinnya mencoba tak peduli. Padahal tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat peduli.


*


Tak akan pernah ada yang dapat merubah aku dan kamu, kecuali kita.


Hari berganti hari. Setiap harinya ia merasakan sensasi yang berbeda-beda yang belum pernah ia alami pastinya. Semakin lama semakin menyenangkan, fikir Shilla. Tak terasa bahwa sudah hampir satu bulan ia menjadi murid sekolah berseragam putih biru itu. Shilla sempat berfikir sejenak. Akankah selama ia menjadi murid Sekolah Menengah Pertama ia akan terus merasa senang? Semoga saja.


Awal yang tidak terlalu buruk ini membuat Shilla terlena. Membuat ia bangga menjadi anak SMP. Tanpa ia sadari bahwa akan banyak hal lain yang akan terjadi. You-know-lah. Masa SMP itu seperti apa. Yap. Masa dimana saat seseorang akan tumbuh menjadi dewasa. Rasa keingin tahuan yang besar. Bukan. Bukan hal yang buruk.  Tapi, tentang C-I-N-T-A. yang pasti dirasakan oleh setiap anak yang akan bertumbuh dewasa. Tapi dengan cara penyampaian yang berbeda pastinya dari setiap muda-mudi tersebut.


*


Jangan pernah terkejut ketika kau merasakan rasa itu ada. kau yang membiarkan ia masuk. lalu kau juga yang menguncinya rapat-rapat.


Dan benar saja. Hari ini adalah awal mula mimpi buruk itu terjadi. Tentu saja Shilla tak kan sadar. Secara ia sedang tidak tertidur. Ia baru saja bangun malah. Dan sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Berharap hal-hal menyenangkan akan menghampirinya dan menyapanya hari ini. Lalu ia akan menjadi orang yang paling bahagia. Hari ini, dan seterusnya.


Pelajaran macam apa ini, PKN. Mencoba mengetahui hal-hal lebih jauh tentang pemerintahaan Indonesia. Tidak terlalu penting menurut Shilla. Karna cita-citanya menjadi seorang doket, bukan DPR, MPR, Mentri-menti bahkan Presiden. So, apapun yang dia pelajari saat ini tidak akan pernah bisa digunakan untuk bekalnya kelak menjadi seorang dokter.


Hei. Apa-apaa ini. Bukannya ia berharap kebahagian? Kenapa ia harus merasa disuguhkan kebosanan? Dimana sisi menyenangkannya? Sial, batinnya. Tiba-tiba ia mengerutkan kening. Seakan ia merasa terkejut tentang apa yang ada dipikirannya. Kenapa pagi-pagi begini ia sudah harus bernegative thinking. Bagaimana ia akan mendapatkan kebahagiaan kalau pagi-pagi begini saja pikirannya sudah tidak menyenangkan.


“Shillaaaaaaaaaaaaaaaa” tiba-tiba panggil Cakka dengan suara yang tidak terlalu besar tetapi dengan nada yang lumayan panjang yang membuyarkan lamunan Shilla.


“ha? Apaansih bejat ? berisik tau. Udah tau ada guru” kata Shilla setengah terlonjak. Wajar, ia habis melamun. Entah kemana pikirannya tadi.


Cakka lalu tertawa kecil. “haha Sorry Shill. Heh? Mana guru? Orang udah keluar juga. Waah abis mikirin apaan sih lo? Mikirin gue ya? Hehe” kata Cakka yang sudah tidak keberatan dipanggil bejat sambil senyam senyum. Lebih mirip orang gila, batin Shilla. Lalu Shilla ikutan tersenyum.


“ha? Emang udah gaada ya? Eh Ify? Bejo mana? Oiya tadi ngapain manggil?” Tanya Shilla yang setengah kebingungan sambil menahan senyumnya yang ia rasa mulai terasa semakin melebar. He? Kenapa ini? Apa yang terjadi padanya? Shilla mengerutkan keningnya sebentar.


“Shill… Shill… gue kira tadi lo serius dengerin guru nerangin. Eh malah ngelamun ternyata. Ify tadi… manggil guru kayanya. Tuh si Bejo dimejanya Ray. sekarang jam berapaa?” Jawab Cakka sambil tertawa tertahan. Yang menyebabkan shilla terdiam sebentar dan berfikir sesuatu. Eh senyumnya Cakka. Manis. Manis sekali. Tapi, mengapa tadi ia malah ikut senyum-senyum ya? Ah apa-apaan ini. Kenapa dia malah memikirkan Cakka.


“wey, gue nanya tau sama loo….. malah bengong lagi. Mikirin apaansih lo? Gue ya? Haha” seru Cakka mengagetkan Shilla lagi. Ini cowo apaansih demen banget mengagetinya, batin shilla. Tapi sepertinya salah. Bukan. Bukan karna tingkah Cakka yang tadi yang mengagetinya. Tapi….. Deg. Sial, rasa janggal itu lagi. Ah? Apaansih ini. Mengganggu saja. Padahal ia sudah tidak mersakannya lagi semenjak beberapa waktu lalu.

 “ha? Oh jam” jawab Shilla setengah terkejut lalu menatap jam yang terpasang sempurna ditangan Shilla “Eeehh lokan tadi udah nanyain jam? Udah 3 kali malah. Masa mau nanyain jam lagi” lanjut Shilla yang baru sadar bahwa ini pertanyaan Cakka yang diulang-ulang sedari tadi dengan sedikit jengkel.

“hehe gapapalaah. Abisnya kelas kita gaada jamnya. Jam berapa emangnya?” Tanya Cakka lagi. Penasaran. Mungkin. Seperti apa yang Shilla rasakan. Penasaran pada rasa janggal itu.

“gamau ngasih tau ah. Cape tau ngasih tau lo terus………..” Jawab Shilla yang memperlihatkan wajah bosan. Yaiyalah dalam waktu 1 jam ada seseorang yang menanyakan jam. Sampai 4 kali malah sama yang ini.

“ ah Shillaaa…. Ayodoong ya? Kasih tau gue. Sekali lagi deh bener” bujuk Cakka manja. Apa-apaan cowo ini, batin shilla.

“ ih tetep aja gamau, dari tadi juga ngomongnya kaya gitu “ Jawab Shilla yang mencoba tidak memperdulikan rengekan Cakka. Sial, kenapa gue harus tersenyum melihat tingkah Cakka tadi. Benar-benar sudah gila kali, batinnya –lagi dan terus menerus-


Cakka yang kayanya sangat penasaran dengan apa yang ia Tanya pada Shilla. Tiba-tiba saja ia keluar dari bangkunya. Lalu, Cakka mengahampiri sisi kanan meja Shilla dan terlihat ingin melakukan sesuatu. Shilla diam saja tak peduli, mungkin cowo itu ingin pergi dan menanyakan hal yang sama pada teman-teman sekelasnya yang lain. Yang pasti Shilla tak peduli.


Tiba-tiba ketika Shilla sedang membuang pandangannya kearah buku yang berada di mejanya dan berniat membereskannya dan memasukan buku itu ke tasnya, namun niatnya itu buyar ketika ia merasa sesuatu yang aneh. DegDeg. Rasa janggal sialan itu lagi. Tapi kali ini lebih banyak. Lebih cepat. Wajahnya mulai memanas, namun ia merasa suhu disektiarnya mendingin. Seperti ada sepuluh atau berapalah kupu-kupu yang sedang mengepak-ngepakan sayapnya diperutnya. Lalu Shilla menyadari bahwa tangannya tengah tertahan tangan seseorang. Dan ketika ia melihat ternyata tangan Cakka yang sedang memegang tangannya. Telak. Tepat sekali membuat sesuatu bergejolak di hati Shilla.


 Cakka masih memegang tangan Shilla lalu melihat angka berapa saja yang ada di tangan Shilla sambil tertawa tertahan. Belum selesai ia melihat semua angka. Lalu reflek Shilla melepaskannya dengan cepat. Adapasih dengan fikiran cowo ini. Memegang tangannya hanya untuk melihat jam. Apakah ia sengaja. Tidak tahu. Karna hanya Cakka yang tahu.

“Shill, sorry ya. Gamarahkan? Gue Cuma mau lihat jam. hehe” Tanya Cakka yang selanjutnya tersenyum. Senyumnya yang manis. Manis sekali. Benar-benar manis sekali.

“He? Iya-iya gamarah. Hhh….” Kata Shilla dilanjutkan oleh desahan nafas agak panjang lalu cepat-cepat ia membenahkan ekspresinya yang sudah kacau tadi gara-gara tingkah Cakka. Salah tingkah kah Shilla? Mungkin bisa dibilang begitu.


Sedangkan Cakka sendiri terlihat keep cool tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan bahwa ia salah tingkah juga sepertinya. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak sama sekali terasa gatal. Dia sendiri bingung, kenapa tadi ia memegang tangan Shilla. Lalu merasakan hatinya sedikit bergetar ketika memegang tangan itu. seperti……… setruman cinta. Halah. Apasih yang sedang cowo ini fikirkan. Tidak mungkinlah apa yang ada difikirannya tadi. Lalu ia segera kembali ke tempat duduknya. Terlihat sedikit seperti orang linglung.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai guys! gimana buat permulaannya? Jelek ya? maap:'3 tunggu part selanjutnyaaaa yaa semuaaah..........

PART 2

Jumat, 13 Juli 2012

Cerbung Idola Cilik (Ashilla)

Aku mau ngepost cerbung nih. Tapi gaterlalu bagus sih. Cuma yaa semoga ngga ngebosenin. Tapi aku mau liat dulu seberapa banyak yang ngeview post ini. Kalo ternyata emang banyak baru aku mau post. Kalo ternyata gaada mmm aku mau mikir-mikir dulu. takut nantinya cuma jadi postinga gaberguna di blog ini.
Ceritanya udah dibuat ko. Jadi do'ain aja aku gapernah ngaret ngepost. Paling lambat aku ngepost 2 Minggu sekali ya. tapi aku usahain secepatnya ko. paling cepet bisa 2 atau 3 hari;)

Makanya bantuin bikin temen-temen kalian ngeliat postingan ini. Pasti bakal aku post ceritanya! judulnya masih belum aku bisa kasih tau. Tapi pasti! semoga aja ceritanya menarik.....
Yooo di komentarin aja postingan ini biar aku lebih cepet ngepostnya! hihii~

Ditunggu yaaa! lebih cepat lebih baiiik! byeee all;;)